Wednesday, January 06, 2010

Azam tahun baru

۞ ﺒﺴﻢ ﺍﷲ ﺍﻠﺮﺤﻤٰﻦ ﺍﻠﺮﺤﯿﻢ ۞
Salam. Sudah lama juga saya tidak update blog ni. Sampai sudah masuk ke tahun baru. Semoga selepas ni saya tidak jadi seperti biskut chipsmore lagi sebagaimana azam tahun baru saya pada kali ini ialah ingin istiqamah dalam amal ibadah..


sumber gambar:http://spatialpengembara.files.wordpress.com/2008/08/istiqomah2bs7.jpg

Rasulullah s.a.w. bersabda : Amalan yang paling disukai Allah adalah amalan yang berkekalan (berterusan) walaupun amalan itu dilakukan sedikit-sedikit. (Hadis Sahih Riwayat Imam Muslim daripada Saidatina Aisyah ra)

Istiqamah adalah bererti berdiri tegak di suatu tempat tanpa pernah bergeser, kerana akar kata Istiqamah dari kata iqaama yang bererti berdiri. Jadi dari segi bahasa ia boleh diertikan sebagai sikap teguh pendirian dan berterusan. Masalah sukar untuk istiqamah dalam amalan mungkin menjadi masalah sebahagian daripada kita termasuk saya. Mudah benar iman di hati ini turun naik lantaran godaan dunia yang sungguh melalaikan dan akhirnya kita tewas. Daripada kita selalu buat tapi akhirnya kita tinggalkan terus. Contohnya solat sunat dhuha. Seringkali sungguh diri ini disibukkan dengan anak-anak namun biarlah tidak melakukannya setiap hari pun tapi kalau dapat diusahakan untuk buat sekali seminggu pun sudah memadai bagi ibu seperti saya. Setiap perkara lebih-lebih lagi dalam ibadah memerlukan kesungguhan yang jitu sebagaimana maksud istiqamah itu sendiri(sikap teguh pendirian). Istiqamah bukan suatu perkara yang ringan kerana dengan istiqamah lah hati kita sentiasa berhubung dengan Allah swt dan menghindarkan diri kita dari perkara-perkara maksiat.

Saya tertarik dengan seorang kakak yang jauh lebih tua daripada usia saya namun dia berazam untuk istiqamah bangun solat malam. "Wah bagusnya kakak ni" detik hati saya. Membaca kisahnya membuatkan saya tersedar agar betapa saya juga harus istiqamah dalam setiap amalan yang saya lakukan termasuklah istiqamah untuk berusaha menjadi isteri yang solehah dan ibu yang mithali. Misi ini sungguh sukar kerana bagi saya untuk seorang wanita meraih 'title solehah' dan untuk 'maintain solehah' merupakan suatu cabaran yang getir dan memerlukan kesabaran dan pengorbanan lantaran dunia kita pada hari ini begitu banyak godaan. Kadang-kadang, kawan-kawan yang "kurang islamik" di sekeliling kita juga boleh menjadi suatu cabaran. Sebagai contoh, bila kita suatu hari berjumpa dengan rakan-rakan sekerja dan membincangkan topik fesyen terkini, gaya tudung dan baju terkini, koleksi kasut dan beg tangan, lama-lama kita juga sedikit sebanyak akan terpengaruh jika tiada perisai yang ampuh. Iklan di kaca tv dan majalah2 juga mampu menggoda dan menjerat wanita islam dengan penampilan imej yang kononya muslimah.

Pada suatu hari di sebuah masjid di bangi pada tahun lepas, saya terserempak dengan seorang makcik yang sungguh solehah dan menyejukkan mata memandang. Penampilannya sederhana, bertudung labuh lengkap berstokin. Terdetik di hati saya, mampukah saya seistiqamah itu? Mampukah saya mengekalkan imej bertudung labuh/bulat/besar serta berstokin sehinggalah ke usia lanjut yang mana pada ketika itu wanita diberi kelonggaran dalam batas auratnya? Semoga Allah membimbing diri ini dengan adanya suami di sisi yang sentiasa memberi didikan dan sokongan. Semoga kita semua juga istiqamah dan tsabat di jalan kebenaran yang kita berada tatkala ini..ameen..

"Kemudian kami jadikan kamu berada di atas suatu syariat (peraturan)dari urusan (agama) itu, maka ikutilah syariat itu dan janganlah kamu ikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak mengetahui".(QS Al-Jaatsiyah: 18)

Tuesday, December 15, 2009

Perumpamaan Manusia Dengan Jenis Tanah


۞ ﺒﺴﻢ ﺍﷲ ﺍﻠﺮﺤﻤٰﻦ ﺍﻠﺮﺤﯿﻢ ۞
Dari Abi Musa Radhiallahu Anhu, katanya Nabi Shalallahu Alaihi wa sallam bersabda, "Perumpamaan petunjuk dan ilmu pengetahuan, yang oleh karena itu Allah mengutus aku untuk menyampaikanya, seperti hujan lebat jatuh ke bumi;(1) bumi itu ada yang subur, menyerap air, menumbuhkan tumbuh-tumbuhan dan rumput-rumput yang banyak. (2)Ada pula yang keras tidak menyerap air sehingga tergenang, maka Allah memberi manfaat dengan hal itu kepada manusia. Mereka dapat minum dan memberi minum (binatang ternak dan sebagainya), dan untuk bercocok tanam. (3)Ada pula hujan yang jatuh kebagian lain, yaitu di atas tanah yang tidak menggenangkan air dan tidak pula menumbuhkan rumput. Begitulah perumpamaan orang yang belajar agama, yang mau memanfaatkan sesuatu yang oleh karena itu Allah mengutus aku menyampaikannya, dipelajarinya dan diajarkannya. Begitu pula perumpamaan orang yang tidak mau memikirkan dan mengambil peduli dengan petunjuk Allah, yang aku diutus untuk menyampaikannya. (Maksud dari Hadith No. 79 - Kitab Fathul Bari)

Huraian:
Rasulullah bersabda, apa yang diturunkan dan apa yang didatangkan oleh Allah swt daripada ‘huda’ atau hidayah dan ilmu samalah seperti mana air hujan yang turun ke bumi ini. Dalam hadith ini, Rasulullah saw mengumpamakan hidayah dan ilmu dengan diri manusia laksana air hujan dengan tanah di bumi. Seperti hujan menghidupkan tanah yang mati, gersang, kering dan tandus, demikian pula ilmu agama dapat menghidupkan hati yang mati...

1) Tanah jenis pertama ialah dari jenis yang subur. Apabila hujan turun menimpanya, ia memberi “respond” yang baik lalu menumbuhkan rumput dan tanam-tanaman yang subur. Demikianlah dengan manusia. Ada di kalangan manusia yang hatinya subur. Apabila saja dia mendengar ayat-ayat al-Quran dan hadith Rasulullah saw, dia dapat menerimanya dengan baik. Kemudian, orang ini bukan saja mengamalkan ilmu yang dipelajarinya bahkan mengajarkan kepada orang lain pula. Orang ini seperti tanah subur yang menyerap air sehingga dapat memberi manfaat bagi dirinya, kemudian tanah tersebut dapat menumbuhan tumbuh-tumbuhan sehingga dapat memberi manfaat bagi yang lain.

2) Tanah jenis kedua ialah tanah yang jenis keras. Ia tidak dapat menyerap air hujan yang turun dan tidak mampu menumbuhkan pokok-pokok. Namun begitu, tanah yang keras ini dapat menakung air hujan yang turun. Oleh hal yang demikian, air tersebut dapat diguna pakai oleh orang lain untuk tumpang minum, tumpang masak, tumpang mandi dan sebagainya. Orang yang jenis kedua ini, apabila dia mendengar ilmu agama, ayat2 al-quran dan hadith dia dapat menyerap dan merekod dengan baik dalam otaknya, namun ia tidak bermanfaat kepada dirinya (tidak mengamalkan ilmu yang dipelajarinya). Kita boleh melihat dari segi akhlaknya yang buruk tidak selari dengan banyaknya ilmu yang dia. Namun begitu, dia masih dapat mengajarkan ilmu kepada orang lain dengan baik yang mana orang lain bisa mengambil manfaat darinya.

3) Tanah jenis ketiga ialah tanah jenis gersang yang tidak menumbuhkan tanaman dan tidak pula menakung air hujan yang turun ibarat padang pasir. Orang yang diumpamakan seperti tanah jenis ini ialah orang yang apabila didatangkan ilmu agama kepadanya, ia tidak memberi sebarang kebaikan kepada dirinya dan kepada orang lain. Dia tidak mengendahkan dan tidak mahu ambil peduli dengan ilmu agama. Orang yang jenis ketiga ini langsung tidak memberi manfaat kepada manusia lain walau sedikit pun.

Begitulah sedikit huraian tentang hadith yang Rasulullah saw umpamakan sikap manusia yang berinteraksi dengan ilmu agama dengan 3 jenis keadaan tanah. Marilah kita cuba menjadi yang terbaik iaitu menjadi manusia yang jenis pertama yang diterangkan seperti di atas tadi. Manusia ini berusaha memahami ilmu agama dengan mempraktikkan ilmu yang dipelajarinya (beramal) dan dia mengajar kepada orang lain pula. Ia belajar agama bukan sekadar untuk mengisi masa lapang, bukan kerana wang ringgit, harta dan pangkat tetapi ingin membentuk jati peribadi muslim yang unggul dan berusaha untuk membentuk peribadi muslim yang lain pula. Secara tidak langsung, islam akan tersebar dengan meluas serta melahirkan individu muslim yang soleh dan musleh. Wallahu’alam.

Friday, December 04, 2009

Ada Hikmah Dibalik Penghinaan


۞ ﺒﺴﻢ ﺍﷲ ﺍﻠﺮﺤﻤٰﻦ ﺍﻠﺮﺤﯿﻢ ۞
Ada Hikmah Dibalik Penghinaan oleh Syaripudin Zuhri Jumat,
artikel asal dari: http://www.eramuslim.com/oase-iman/ada-hikmah-dibalik-penghinaan.htm

Ada saat saat dalam pergaulan, kau mungkin merasa direndahkan, merasa terhina atau merasa diremehkan karena kedudukan, status sosial atau jenis pekerjaan. Lalu kau merasa direndahkan sedemikian rupa hingga kau merasa dikucilkan atau merasa tak dianggap sama sekali atau bahkan tak "diorangkan" oleh orang lain, sabarlah dan ucapkan Alhamdulillah !

Loh gimana sih, Lagi dihina orang kok alhamdulillah ? Ya, karena pada saat kau merasa dihina atau memang betul-betul dihina atau bahkan mungkin di caci maki dihadapan orang banyak, katakan "alhamdulillah" mengapa ? Karena pada saat itu sedang terjadi transfer yang luar biasa cepatnya, dimana pahalamu sedang bertambah dari orang yang menghinamu, sedangkan dosa-dosamu sedang diambil orang yang sedang menghinamu. Nah bukankah itu membahagiakan, mendapat pahala gratis dan terhapus dosamu tanpa usaha.

Susah memang pada awalnya, dihina kok alhamdulillah ? Yang jelas tak perlu merasa terhina saat dihina orang lain, karena orang yang mudah menghina orang lain adalah bukan orang yang mulia. Jangan-jangan lebih hina dari orang yang sedang dihina. Lagi pula Dia dalam firmanNya mengatakan " Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olokan kaum yang lain ( karena ) boleh jadi mereka ( yang diolok-olokan ) lebih baik dari mereka yang mengolok-olokan " (QS 49:11) Jelas sekali kan firmanNya itu. Jadi mengapa perlu bersedih atau sakit hati bila dihina orang lain ? Lagi pula hinaan itu ibarat kawah candradimuka, hati itu digodok sedemikian rupa, agar tak mudah goyah, tabah dan sabar. Jadilah ilalang yang diinjak-injak orang masih tetap hidup atau jadilah seperti baja yang makin di tempa, makin di palu makin kuat.

Kita sudah sama-sama mengetahui bahwa orang yang mulia sangat menghargai orang lain dan mudah memaafkan orang lain yang bersalah kepadanya. Jika terjadi sebalikknya itulah orang yang hina. Memang dalam kehidupan, orang begitu merasa sakit di hati bila mendapat penghinaan dari orang lain, sampai-sampai mungkin tidak bisa tidur karenanya, boleh jadi menimbulkan dendam yang membara hingga ada niat untuk membalas rasa sakit hati tersebut pada orang yang telah menghinannya.

Namun bila dihadapi dengan hati yang jernih, saat di hina, justru "alhamdulillah" karena saat itulah kita dapat mengetahui kualitas akhlak orang lain, saat itulah kita dapat mengetahui siapa sesungguhnya orang yang sedang menghina itu. Dan boleh jadi saat di hina kita segera dapat mengintropeksi diri, jangan-jangan kita memang pantas untuk dihina, karena kelakuan, perkataan atau perbuatan kita sendiri. Jika memang hinaan itu benar, kata "alhamdulillah"pun masih tepat, karena secara tidak langsung, orang yang sedang menghina itu telah menunjuki kesalahan kita.

Alhamdulillah, ada "konsultan" gratis yang tanpa diminta telah menunjukan kesalahan kita. Dengan demikian, kita akan segera memperbaiki diri. Nah bukankah hinaan itu membawa hikmah ? Nah bukankah kalau kita mendapat hikmah, kita bersyukur ? Sedangkan kata yang paling tepat untuk bersyukur adalah alhamdulillah.

Kata alhamdulillah kelihatanya sederhana, namun mengadung makna yang luar biasa. Bila saat di hina atau merasa dikucilkan saja sudah mampu mengucapkan alhmdulillah, apa lagi bila mendapat rejeki, pujian atau mendapat sesuatu yang baik, sudah sepantasnya kita mengucapkan kata "alhamdulillah", segala puji bagi Allah, kita kembalikan pujian tersebut kepada Allah SWT, karena memang Dialah yang pantas mendapat pujian !

Tuesday, November 24, 2009

Islam dan Kesempurnaan Akhlak


۞ ﺒﺴﻢ ﺍﷲ ﺍﻠﺮﺤﻤٰﻦ ﺍﻠﺮﺤﯿﻢ ۞

Akhlak mulia antara sifat alami atau usaha..

Akhlak merupakan sebuah tabiat atau ketetapan yang asli, akhlak mulia juga mampu dicapai dengan jalan usaha. Maksudnya manusia mampu menjadi baik dan berakhlak mulia dengan usahanya sendiri, bukan menyerahkan nasibnya pada takdir semata-mata.

Nabi SAW berkata kepada Asyajj Abdul Qais:

قال له النبي صلى الله عليه و سلم : إن فيك لخلتين يحبهما الله الحلم والأناة

“ Sesungguhnya dalam dirimu ada dua sifat yang Allah sukai; sifat sopan santun dan tidak tergesa-gesa.

قال : يا رسول الله أنا أتخلق بهما أم الله جبلني عليهما ؟

Dia berkata : Wahai Rasul Allah, adakah kedua sifat itu merupakan hasil usahaku, atau Allah yang telah menetapkan keduanya kepadaku?

فقال له النبي صلى الله عليه و سلم : بل الله جبلك عليهما

Nabi SAW menjawab ; “ Bahkan Allah yang mengurniakan keduanya kepada kamu.

فقال : الحمد لله الذي جبلني على خلقين يحبهما الله ورسوله

Kemudian dia berkata ; “ Segala puji bagi Allah yang mengurniakan aku dua akhlak yang dicintai oleh Allah dan Rasulnya.

[Hadis Abu Daud 5525 Kitab Al-Adab, Ahmad 4/206, Muslim 25 dan 26 Kitab Al-Iman, Imam Tirmizi 2011 Kitab Al-Birr Wa As-Silah]

Hadis ini menunjukkan akhlak terpuji dan mulia merupakan sesuatu yang alami atau nikmat yang Allah kurniakan buat manusia dan juga merupakan sesuatu yang boleh dicapai. Dan akhlak yang lebih baik dapat dicapai dengan usaha .

Siapakah yang lebih utama, seseorang yang Allah kurniakan kepadanya akhlak terpuji atau seseorang yang berusaha bersungguh-sungguh untuk memperolehi akhlak mulia tersebut? Yang mana paling baik antara kedua hamba tersebut?.

Jawapannya sudah semestilah mereka yang dikurniakan Allah akhlak yang mulia itu lebih baik kerana dia lebih mudah untuk menghadirkan akhlak mulia dalam kehidupan dirinya.

Manakala yang bakinya, seorang yang berusaha bersungguh melawan hawa nafsunya dan melatih dirinya untuk menjadi seseorang yang lebih baik. Dan dia mendapat pahala atas usahanya melawan hawa nafsu dan berpindah ke arah yang lebih baik. Tetapi dari segi kesempurnaan akhlak, sudah pastilah hamba yang pertama tadi lebih baik.

Adapun seseorang yang dikurniakan Allah akhlak yang lebih baik dan berusaha untuk menjadi lebih baik akhlaknya, maka dia adalah yang terbaik.[ Al-Fawaid oleh Ibnu Qayyim m/s 210 dan 211].

Dari pernyataan di atas, seseorang yang berada dalam keadaan di atas, mereka berada di antara 4 golongan;

1. Mereka yang terhalang untuk berakhlak mulia samada secara alami dan melalui jalan usaha.

2.Mereka yang tidak dikurniakan Allah akhlak yang mulia, tetapi berusaha untuk mendapatkannya dengan jalan usaha.

3. Mereka yang dikurniakan akhlak yang baik dan berusaha untuk menjadi lebih baik akhlaknya.

4. Mereka yang ada akhlak yang baik, tetapi tidak berusaha untuk memperbaikinya.

Para pembaca blog yang dihormati,
- Daripada 4 golongan di atas, di manakah anda?


Kesempurnaan Syariat Islam ditinjau dari sisi akhlaknya.

Sesungguhnya Nabi Muhammad SAW diutuskan kepada kita untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.

عن أبي هريرة رضي الله عنه قال قال رسول الله صلى الله عليه و سلم : إنما بعثت لأتمم مكارم الأخلاق.

Dari Abu Hurairah r.a. berkata, Nabi SAW bersabda : Sesungguhnya aku diutuskan untuk menyempurnakan akhlak.

[Ahmad dalam Musnadnya [ 2/381], Hakim dalam Mustadraknya [2,613], Bukhari dalam Sahihnya Kitab Adabul Mufrad [No. 273], Baihaqi [10/192], Imam Haithami dalam Majmu3 Az-awaid [ 9/15]. Disahihkan oleh Al-Albani dalam As-Silsilah As-Sahihah [No. 45]. ]

Sesungguhnya ajaran Nabi-nabi terdahulu untuk membaiki akhlak manusia dan mengajak menyembah pencipta yang satu. Dan ajaran Nabi Muhammad SAW menyempurnakannya.

Cara Memperolehi Akhlak yang mulia.

1. Beristiqamah dalam beramal dan mempraktikkan apa yang terkandung di dalam Al-Quran dan Sunnah Rasul Allah SAW.

Sesungguhnya mengubati jiwa dan memperolehi akhlak bukan dicapai dengan cara sendiri, tetapi dengan merujuk dan kembali kepada Al-Quran dan As-Sunnah. Sessungguhnya Allah menciptakan manusia dengan akal untuk membezakan di antara kebaikan dan keburukan, tetapi dengan petunjuk dari Allah dengan perantaraan Rasulnya. Seolah-olah ubat itu dari Allah dan para RasulNya yang memberi panduan tentang penggunaan ubat tersebut.

Rasul adalah doktor bagi hati, tidak ada jalan untuk membersihkan hati dan memperbaikinya kecuali dengan petunjuknya, serta sifat tunduk dan patuh dan meminta pertolongan kepada Allah.

2. Bersahabat dengan sahabat yang berakhlak mulia.

Untuk mendapatkan akhlak yang mulia, sudah semestinya melalui sahabat yang berakhlak mulia. Sahabat yang berakhlak mulia ibarat sebuah sekolah yang mana kita menimba akhlak yang mulia darinya.

عَنْ أَبِي مُوسَى عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّمَا مَثَلُ الْجَلِيسِ الصَّالِحِ وَالْجَلِيسِ السَّوْءِ كَحَامِلِ الْمِسْكِ وَنَافِخِ الْكِيرِ فَحَامِلُ الْمِسْكِ إِمَّا أَنْ يُحْذِيَكَ وَإِمَّا أَنْ تَبْتَاعَ مِنْهُ وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ مِنْهُ رِيحًا طَيِّبَةً وَنَافِخُ الْكِيرِ إِمَّا أَنْ يُحْرِقَ ثِيَابَكَ وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ رِيحًا خَبِيثَةً.

Dari Abu Musa, Nabi SAW bersabda “ Perumpamaan sahabat yang baik dan buruk akhlaknya seperti seorang penjual minyak wangi dan seorang tukang besi.Adapun penjual minyak wangi, kekadang ia menawarkan minyak wangi untukmu, kekadang ia member minyak wangi untukmu, dan kekadang kamu mendapat bau wangi darinya. Adapun penjual besi, jika ia tidak membakar pakaianmu, kamu akan mendapat bau yang tidak elok darinya.”

[Bukhari [ No. 2101], Muslim [ No. 146]]

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ الرَّجُلُ عَلَى دِينِ خَلِيلِهِ فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلُ.

Dari Abu Hurairah r.a., Nabi SAW bersabda : Seseorang itu dengan agama sahabatnya, maka hendaklah kalian melihat orang yang akan kalian bersahabat.

[Hadis Hasan Sahih oleh Tirmizi [No. 2378], Abu Daud [No. 4833], Ahmad dalam Musnadnya [2/303 dan 334], dihasankan oleh Albani dalam kitab Sahih Jami’ As-Saghir [ No. 3545] dan Silsilah Hadis As-Sahihah [ No. 927].

3. Memerhatikan akibat yang buruk dari akhlak yang tercela.

Manusia diciptakan dengan akal untuk membezakan perkara baik dan buruk. Dan mereka yang berakhlak buruk akan ditinggalkan dan dikenali dengan perbuatannya dan percakapannya. Maka apabila kita menjumpai akhlak yang buruk, maka segeralah meninggalkannya.

4. Mengambil contoh dari akhlak Nabi SAW.

Sesungguhnya Rasul Allah itu contoh ikutan yang paling baik bagi seorang Muslim. Maka, sewajarnya kita mencontohi setiap akhlak dan adab Rasul SAW.

Allah SWT berfirman:

وَإِنَّكَ لَعَلى خُلُقٍ عَظِيمٍ (Al-Qalam 4)

“Dan engkau (Muhammad) memiliki budi pekerti yang agung!”(Al-Qalam 4)

Akhir kalam, saya menyeru diri saya dan para pembaca untuk bersama-sama membaiki akhlak dan beristiqamah dalam melawan hawa nafsu. Semoga Allah membantu kita dalam menasihati sesama kita dan mengislah diri kita ke arah kebaikan.

(kredit to http://rajawalibiru.wordpress.com)

Thursday, November 05, 2009

Belajar hormati orang lain



۞ ﺒﺴﻢ ﺍﷲ ﺍﻠﺮﺤﻤٰﻦ ﺍﻠﺮﺤﯿﻢ ۞
Sikap manusia, memusuhi apa yang tidak difahaminya dan apa yang tidak diminatinya. Lumrah. Namun begitu, jika kita bersifat insani, gunalah mata hati dan akal fikiran untuk menghormati minat dan keputusan orang lain. Sejak dari kecil, saya selalu makan budu dan tidak pernah makan ikan keli, jadi saya amat meminati budu dan tidak menyukai ikan keli. Tetapi bukan bererti saya mencemuh orang yang suka makan ikan keli. “Eii, apa la, ikan keli pun makan, dah la ada misai, geli geleman aku tengok badan ikan keli berlendir”. Tidak pernah saya katakan begitu. Saya juga tidak pula mengherdik orang yang tidak menyukai makanan pujaan warga Kelantan iaitu budu. “Apala, budu yang sebegini lazat dan berkhasiat pun tidak mahu makan, rugi..rugi...pelik sungguh. Tak boleh jadi ore kelate...”. Kita memahami bahawa orang yang tidak makan budu itu tidak pernah makan budu sedari kecil, jadi wajar saja jika ia ngak lalu makan budu. Contoh lain, “Apa la tanam pokok bunga, bukannya boleh makan pun, baik tanam pokok sayur ke, pokok buah ke, ada pekdahnya juge” dan “Apala asyik beli buku, perabihkan duit je, baik beli benda lain.” Kata-kata begini boleh menyinggung perasaan orang lain tanpa kita sedari. Apalah salahnya kita menghormati minat orang lain selagi ia tidak menyalahi agama dan tidak mengundang keburukan kepada orang lain? Jika kita ingin dihormati, hormatilah perasaan orang lain. Ini adalah sebahagian contoh saja daripada banyak-banyak contoh..fikir lah sendiri..
Kadang-kadang kita merasa pelik, kenapa orang tu suka itu dan tidak suka ini? Tidak suka ini tapi suka itu. Hakikatnya manusia tidak sama dan kita berbeza. Ia bukan situasi yang pelik. Lelaki dan wanita secara biologinya adalah berbeza sudah tentu juga minat dan kegemaran mereka juga berbeza (ada juga sesetengahnya sama). Lelaki lebih suka kepada aktiviti yang mencabar, sukan, kereta, dll dan perempuan pula lebih gemar kepada aktiviti menjahit, kraftangan,memasak, menghias rumah dan bermacam-macam lagi. Dalam rumahtangga, saling menghormati antara pasangan adalah suatu yang wajib. Di awal perkahwinan, jangan terkejut jika mendapati pasangan mempunyai hobi dan sikap yang pelik. Makanan kegemaran juga pelik-pelik. Di sinilah perlunya kita belajar untuk saling menghormatinya di antara suami isteri bagi menjaga keharmonian rumah tangga yang dibina. Berapa ramai pasangan yang bercerai-berai akibat hilang perasaan hormat-menghormati sesama mereka.
Fikir dulu sebelum mengeluarkan kata-kata. Hormati perasaan orang lain khususnya orang yang kita sayangi iaitu ibubapa, suami, isteri, anak-anak, sahabat, saudara mara, jiran tetangga kerana apa yang kita minat dan mahu terkadang tidak sama dengan cita rasa mereka. Jangan pentingkan diri sendiri tapi fikir juga perasaan orang lain dan hormati mereka.

Sunday, November 01, 2009

Muhasabah Cinta


Dengar nasyid ini di http://www.imeem.com/people/wNWhfLD/music/eOdeJlpP/edcoustic-muhasabah-cinta/

Muhasabah Cinta by:Edcoustic

Wahai... Pemilik nyawaku
Betapa lemah diriku ini
Berat ujian dariMu
Kupasrahkan semua padaMu

Tuhan... Baru ku sadar
Indah nikmat sehat itu
Tak pandai aku bersyukur
Kini kuharapkan cintaMu

Kata-kata cinta terucap indah
Mengalir berzikir di kidung doaku
Sakit yang kurasa biar jadi penawar dosaku
Butir-butir cinta air mataku
Teringat semua yang Kau beri untukku
Ampuni khilaf dan salah selama ini
Ya ilahi....
Muhasabah cintaku...

Tuhan... Kuatkan aku
Lindungiku dari putus asa
Jika ku harus mati
Pertemukan aku denganMu

Saturday, October 24, 2009

Pokok setawar ada gunanya...



۞ ﺒﺴﻢ ﺍﷲ ﺍﻠﺮﺤﻤٰﻦ ﺍﻠﺮﺤﯿﻢ ۞
Saya amat meminati tumbuh-tumbuhan. Sekarang ini saya baru berjinak-jinak menanam pokok di rumah setelah sekian lama hasrat saya ini tertangguh kerana sibuk dengan anak. Itupun keluar rumah di waktu anak2 saya mandi di luar saja. Saya amat meminati satu jenis pokok iaitu pokok setawar. Pokok setawar (scientific name:Sedum) mempunyai pelbagai jenis species. Lihatlah keindahan pokok2 sedum di bawah ni:






Sedum is the large stonecrop genus of the Crassulaceae, representing about 400 species of leaf succulents, found throughout the northern hemisphere, varying from annual and creeping herbs to shrubs. The plants have water-storing leaves. The flowers usually have five petals, seldom four or six. There are typically twice as many stamens as petals.

Well known European Sedums are Sedum acre, Sedum album, Sedum dasyphyllum, Sedum reflexum (also known as Sedum rupestre) and Sedum hispanicum.

Many sedums are cultivated as garden plants, due to their interesting and attractive appearance and hardiness. The various species differ in their requirements; some are cold-hardy but do not tolerate heat, some require heat but do not tolerate cold.

Sedum species are used as food plants by the larvae of some Lepidoptera species including Grey Chi. In particular, Sedum spathifolium is the host plant of the endangered San Bruno elfin butterfly of San Mateo County, California.
(sumber:wikipedia).

Dalam dunia microbiology, Umesha et al.,2007 telah menemui satu spesis sedum iaitu "Sedum hybridum" sebagai "indicator plant" dalam ujian "hypersensitivity" bagi "phytopathogenic bacteria" atau bakteria yang menyebabkan penyakit kepada tumbuhan. Jika sebelum ini, pokok standard yang digunakan ialah pokok tembakau untuk bakteria gram negatif dan pokok pukul empat untuk bakteria gram positif.

Maksud surah ali Imran ayat 190-191:-
Sesungguhnya pada penciptaan langit dan bumi, dan pertukaran malam dan siang, sungguh terdapat ayat-ayat (tanda-tanda) bagi ‘ulul-albab’ (ahli fikir).
(Iaitu) orang yang mengingati Allah semasa berdiri, duduk dan berbaring dan mereka bertafakur (memikirkan dengan mendalam) tentang penciptaan langit dan bumi (lalu mereka mengucapkan): “Rabbana (wahai Tuhan kami)! Engkau (Allah) tidak jadikan (semua) ini dengan sia-sia. Subhanaka (Maha Suci Engkau/Allah)! Lindungilah kami daripada azab neraka.”



Apabila memandang keindahan alam maya, cubalah renung dan berfikir sejenak betapa hebatnya Pencipta kita! Subhanallah, semua yang diciptakan Allah pasti ada tujuan dan hikmah disebaliknya untuk kita hayati kekuasaan Allah dan menyuburkan keimanan dalam diri. Berjalan, melihat dan mentafsir.

Thursday, October 22, 2009

Salahkah wanita bekerja?


۞ ﺒﺴﻢ ﺍﷲ ﺍﻠﺮﺤﻤٰﻦ ﺍﻠﺮﺤﯿﻢ ۞
Salahkah wanita bekerja?
WANITA DILARANG BEKERJA, MELAINKAN ...
Ditulis oleh Ustaz Zahazan di www.zahazan.net
Jumaat, 09 Oktober 2009 10:45

Apakah hukum bekerja bagi seseorang perempuan? Sekiranya ia dibenarkan, tolong jelaskan adab lain yang perlu diamalkan bukan saja oleh wanita, tetapi seorang lelaki Muslim kepada wanita yang bukan muhrimnya.
Hamba Allah, Putrajaya


Hukum bekerja bagi seseorang perempuan adalah harus. Berkaitan dengan perkara ini, Sayyid Qutb membuat satu ulasan yang menarik berkaitan dengan peristiwa pertemuan Nabi Musa a.s dengan dua orang anak perempuan hamba yang salih di Madyan. Sesetengah pandangan mengatakan ia adalah Nabi Syuib a.s.

Firman Allah dalam ayat ke 23 surah al-Qasas :

Dan ketika dia sampai di telaga air negeri Madyan, ia dapati di situ sekumpulan orang-orang lelaki sedang memberi minum (binatang ternak masing-masing), dan ia juga dapati di sebelah mereka dua perempuan yang sedang menahan kambing-kambingnya. Dia bertanya: "Apa hal kamu berdua?" Mereka menjawab: "Kami tidak memberi minum (kambing-kambing kami) sehingga pengembala-pengembala itu membawa balik binatang ternak masing-masing; dan bapa kami seorang yang terlalu tua umurnya". Maka Musa pun memberi minum kepada binatang-binatang ternak mereka, kemudian ia pergi ke tempat teduh lalu berdoa dengan berkata: "Wahai Tuhanku, sesungguhnya aku sangat berhajat kepada sebarang rezeki pemberian yang Engkau berikan". Kemudian salah seorang dari perempuan dua beradik itu datang mendapatkannya dengan berjalan dalam keadaan tersipu-sipu sambil berkata:" Sebenarnya bapaku menjemputmu untuk membalas budimu memberi minum binatang ternak kami". Maka ketika Musa datang mendapatkannya dan menceritakan kepadanya kisah-kisah kejadian yang berlaku (mengenai dirinya) berkatalah orang tua itu kepadanya: "Janganlah engkau bimbang, engkau telah selamat dari kaum yang zalim itu ".


Kata Sayyid Qutb, syarat pertama membenarkan wanita bekerja apabila keadaan ekonomi menuntutnya. Pada waktu itu, dia terpaksa keluar untuk memenuhi tuntutan mencari rezki. Ini dapat kita lihat pada frasa ayah kami sudah terlalu tua.

Perkara yang kedua ialah jangan ada percampuran bebas yang berlaku antara lelaki dan perempuan. Perkara ini dapat kita lihat menerusi gambaran ayat "Kami tidak memberi minum (kambing-kambing kami) sehingga pengembala-pengembala itu membawa balik binatang ternak masing-masing”

Syarat yang ketiga pula ialah kewajipannya memelihara diri & kehormatan. Ini disebut jelas dalam ayat “Kemudian salah seorang dari perempuan dua beradik itu datang mendapatkannya dengan berjalan dalam keadaan tersipu-sipu..” Seseorang wanita yang bekerja wajib menjaga maruah diri agar jangan menjadi wanita murahan mudah bergelak ketawa dengan lelaki-lelaki lain yang merupakan rakan sepejabat. Malah dia dengan mudah menawarkan diri keluar bersama berdua-duaan untuk makan tengahari dan sebagainya.

Ringkasnya, seseorang wanita yang beriman hendaklah memelihara dirinya dari menjadi alat hiburan yang mengasyikkan lelaki-lelaki liar. Allah s.w.t mengajar kaum muslimah agar menjaga diri seperti firmanNya dalam ayat 31 ke surah an-Nur:

Dan katakanlah kepada perempuan-perempuan yang beriman supaya menyekat pandangan mereka (daripada memandang yang haram), dan memelihara kehormatan mereka; dan janganlah mereka memperlihatkan perhiasan tubuh mereka kecuali yang zahir daripadanya; dan hendaklah mereka menutup belahan leher bajunya dengan tudung kepala mereka; dan janganlah mereka memperlihatkan perhiasan tubuh mereka melainkan kepada suami mereka, atau bapa mereka atau bapa mertua mereka atau anak-anak mereka, atau anak-anak tiri mereka, atau saudara-saudara lelaki mereka, atau anak bagi saudara-saudara mereka yang lelaki, atau anak bagi saudara-saudara mereka yang perempuan, atau perempuan-perempuan Islam, atau hamba-hamba mereka, atau orang gaji dari orang-orang lelaki yang telah tua dan tidak berkeinginan kepada perempuan, atau kanak-kanak yang belum mengerti lagi tentang aurat perempuan; dan janganlah mereka menghentakkan kaki untuk diketahui orang akan apa yang tersembunyi dari perhiasan mereka; dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, wahai orang-orang yang beriman, supaya kamu berjaya.


Merujuk soalan yang kedua pula, lazimnya masyarakat Melayu menggunakan perkataan muhrim yang merujuk kepada golongan yang haram dikahwini. Sebenarnya perkataan yang tepat adalah mahram. Muhrim adalah bermaksud dalam bahasa Arab sebagai orang yang berihram. Ajnabi pula adalah seseorang lelaki yang asing, yang bukan mahram contohnya jiran, rakan sepejabat dan lain-lain. Ajnabiyyah pula adalah seseorang perempuan yang bukan mahram bagi seseorang lelaki contohnya pembantu rumah wanita, pekerja di pejabat dan lain-lain.

Intipati larangan Islam kepada kedua golongan lelaki dan perempuan adalah jangan berdua-duaan dalam satu suasana yang boleh mengundang curiga kepada pihak lain. Dalam banyak hadis yang sahih contohnya seperti yang diriwayatkan oleh al-Bazzar Nabi menjelaskan, tidak akan berdua-duaan seorang lelaki dengan perempuan melainkan syaitan akan jadi yang ketiga.

Selain itu seseorang lelaki juga diharamkan bermusafir bersama seseorang wanita bukan mahram melainkan jika ada lelaki yang merupakan mahram wanita itu. Seorang lelaki juga diharamkan menceritakan urusan peribadinya atau masalah peribadinya kepada seseorang wanita ajnabiyyah (begitu juga sebaliknya).

Imam Nawawi menjelaskan dalam kitab al-Majmuk, maslahat atau kebaikan yang terdapat dalam pemeliharaan hubungan ini adalah demi kepentingan nasab dan keturunan.

Apabila kita melihat masyarakat barat sebagai contohnya yang amat fleksibel dalam hubungan tersebut hingga menatijahkan lebih 80% kelahiran adalah dari pasangan yang tidak dapat dikenal pasti.

Amat benar kata-kata ulama Islam, contohnya Ibnul Qayyim apabila beliau berkata, pensyariatan undang-undang dalam Islam ini semuanya merupakan keadilan dan kebaikan secara mutlak. Justeru menegakkannya menyebabkan kehidupan menjadi teratur dan selamat dari persengketaan.Wallahu a'lam

p/s: di copy paste dr http://keluargakusayang.blogspot.com, credit to Ust.Zahazan.

Tuesday, October 13, 2009

Nikah jangan tak nikah..



۞ ﺒﺴﻢ ﺍﷲ ﺍﻠﺮﺤﻤٰﻦ ﺍﻠﺮﺤﯿﻢ ۞
Setelah pasangan teruna dan dara sudah bersedia untuk menikah, namun masalah wang hantarn pula yang menjadi dilema di pihak bakal pengantin lelaki. Tidak dinafikan, ramai pasangan yang menunda-nunda majlis perkahwinan kerana masalah wang hantaran ini hingga mengundang kejadian-kejadian yang tidak diingini.

Di Kelantan, wang hantaran menjadi hak milik penuh/mutlak pengantin perempuan. Duit hantaran itu tidak boleh diguna pakai oleh keluarga untuk membuat kenduri. Beruntung juga menjadi 'mek kelate' ni :-). Semasa saya berkahwin dulu, saya tidak mempunyai duit langsung kerana masih belajar. Segala perbelanjaan majlis pernikahan saya ditanggung penuh oleh keluarga terutama ibu dan wali saya iaitu abang saya sendiri. Saudara mara juga membantu menyediakan kelengkapan kenduri. Majlis pernikahan saya juga sangat sederhana kerana disekalikan dengan kenduri abang. Kami juga hanya menjemput saudara-mara dan jiran tetangga yg dekat serta sahabat2 saya. Alhamdulillah walaupun sederhana, majlis pernikahan saya dan suami berjalan lancar.

Di luar Kelantan, wang hantaran oleh pengantin lelaki diguna sepenuhnya untuk membuat kenduri. Jika pihak keluarga sebelah perempuan bercadang untuk membuat kenduri secara besar-besaran, maka besarlah wang hantaran akan dikenakan. Jadi, ini tentu membebankan pihak lelaki. Usia di kala lelaki dalam lingkungan 20-an berapa sangatlah duit simpanan mereka. Jadi ibubapa pihak perempuan harus rasional dalam meletakkan duit hantaran ini. Untuk itu, sebagai kesimpulan dari saya, buatlah kenduri secara sederhana saja. Sebenarnya boleh jika kita mahu, tapi kalau kita ikut trend masyarakat sekarang yg ingin serba moden, kelainan, mewah dan 'grand', modal kenduri tentulah tinggi. Fikirkan juga pasangan pengantin baru ini akan memulakan alam rumahtangga selepas itu yang tentunya memerlukan sejumlah wang.

Wang hantaran bukan suatu beban
Mei 8, 2007

Utusan Malaysia 8 Mei 2007


Wang hantaran bukan suatu beban
Pendapat

PERHUBUNGAN uda dan dara yang berjalan lancar berserta dengan strategi yang terancang akhirnya menemukan jalan buntu apabila wang hantaran menjadi puncanya. Wang hantaran adalah tinggi dan di luar kemampuan lelaki untuk mengadakannya.

Sama ada benar atau tidak, satu ketika dulu wang hantaran ini merupakan pra- syarat kepada calon lelaki disukai atau tidak oleh emak mertuanya.Walaupun anda mencintai pasangan anda separuh mati, kalau ibu bapa tidak berkenan, ia dimanipulasikan dari segi wang hantaran ini.

Wang hantaran ini adakalanya dijadikan prestij sesebuah keluarga.Tapi tidak semua menjadikannya prestij sebegitu. Ada ibu bapa mengambil tindakan yang rasional kerana tidak mahu dilabelkan seperti ‘menjual anak’ sewaktu menetapkan wang hantaran perkahwinan.

Hubungan antara lelaki dan perempuan berjalan seperti biasa dan atas fakta wang hantaran ini, perkahwinan yang dirancangkan itu menjadi tertangguh.Bukan hanya tertangguh tetapi putus di tengah jalan ataupun menjuruskan kejadian-kejadian yang tidak diingini.

Mungkin di dalam penetapan wang hantaran ini, ibu bapa berdasarkan kepada faktor semasa di mana harga barang-barang semakin naik dan wang hantaran juga turut naik.

Kita tidak memikirkan tentang kemampuan pasangan gadis itu. Lelaki yang mendirikan rumah tangga biasanya di sekitar lingkungan dua puluhan atau di penghujungnya. Kemampuannya dari segi ekonomi adalah terbatas.Mereka juga terikat dengan komitmen keluarga dan diri sendiri.

Sudah sampai masanya, kaedah yang bersesuaian perlu dicari untuk memudahkan cara. Apa salahnya kita lakukan sesuatu majlis itu secara sederhana dengan menikahkan pasangan tersebut di masjid dan membuat kenduri dua atau tiga khemah bagi menghebahkan kepada kaum keluarga yang terdekat bahawa pasangan tersebut telah berkahwin.

Kita harus memikirkan kehidupan pasangan ini selepas melangsungkan perkahwinan.

Mereka akan membina hidup baru yang juga memerlukan wang.Kalaulah semasa menyediakan wang hantaran dan belanja perkahwinan dilakukan secara berhutang, bukankah ini akan menyulitkan mereka di kemudian hari?

Menteri di Jabatan Perdana Menteri, Datuk Dr.Abdullah Md.Zin di dalam satu kenyataan di Mingguan Malaysia menasihatkan masyarakat Islam di negara ini tidak menjadikan wang hantaran sebagai satu beban dan mendatangkan masalah kepada bakal pengantin.

Kekeluargaan

Saya berpendapat, banyak kriteria-kriteria lain yang perlu dilihat selain wang hantaran, seperti tingkah laku pasangan termasuk di dalam hubungan inter-personal kekeluargaan bersama ipar duai kelak.

Teguran ini diberikan bagi mengelakkan kelewatan dalam mendirikan rumah tangga di kalangan gadis yang menjuruskan kepada lebih ramai lagi anak dara tua.

Bukan itu sahaja, kekangan daripada masalah wang hantaran ini boleh membiakkan penyakit sosial seperti bersekedudukan, zina dan status membujang di kalangan lelaki akan meningkat.

Dalam mengatasi masalah ini,sudah sampai masanya untuk merujuk kepada kehendak Islam di mana kesudian golongan wanita untuk diterima menjadi isteri adalah satu penghargaan atas kesanggupan mereka menjaga anak dan suami.

Mungkin ada pihak yang menjadi keliru dengan mengambil asas perkiraan di dalam sesuatu majlis perkahwinan mengikut kehendak semasa bukan kepada asas kehendak Islam yang diperkatakan.

Lagipun kita semakin bimbang sekiranya teguran ini diperlekehkan oleh masyarakat Islam, ia akan menjadi lebih ramai pasangan yang memelihara anak angkat dan menyusukan sendiri dengan bantuan suntikan hormon bagi memudahkan penyusuan. Ini adalah semata-mata untuk menemankan mereka semasa kesunyian kerana kesukaran mendapatkan lelaki untuk dijadikan calun suami.

Teguran daripada pak menteri itu seharus dilihat dari segi positifnya, khususnya di dalam mengukuhkan institusi kekeluargaan di kalangan masyarakat Islam. Pada masa yang sama lelaki juga harus menunjukkan kewibawaan mereka dari segi ekonomi di dalam menjaga pasangan mereka setelah berkahwin nanti.

– ISMAIL HASHIM,

Seremban. Negeri Sembilan.
sumber:http://motivasiminda.wordpress.com/2007/05/08/wang-hantaran-bukan-suatu-beban/