Sunday, April 25, 2010

Bercinta hingga ke syurga


۞ ﺒﺴﻢ ﺍﷲ ﺍﻠﺮﺤﻤٰﻦ ﺍﻠﺮﺤﯿﻢ ۞
Di zaman Rasulullah ada seorang wanita yang sangat membenci baginda Rasulullah saw. Dia ialah isteri kepada Abu Lahab iaitu Ummu Jamil. Ummu Jamil merupakan seorang wanita yang berpengaruh di ketika itu. Dia juga merupakan seorang isteri yang sangat mendokong suaminya dalam setiap tindak tanduk dan kepercayaannya. Ada suatu kisah juga mengatakan Ummu Jamil ini sering menaburkan duri di jalanan yang selalu dilalui oleh Rasulullah saw. Disebabkan itu dia menjadi penolong kepada hukuman dan balasan terhadap suaminya sebagaimana Allah berfirman dalam ayat 4 surah Al-Lahab bahawa dia membawa kayu bakar yang mana kayu-kayu yang diangkatnya menjadi pembakar suaminya di akhirat dan dia juga akan dilakukan seperti itu juga, dibakar dalam neraka. Di lehernya, terdapat rantai yang tersimpul daripada Al Masad, rantai besi yang panas.

Begitulah kisah cinta Abu Lahab dan Ummu Jamil. Mereka setia, saling bahu membahu memusuhi ajaran islam dan mereka bercinta hingga ke neraka. Begitu mendokongnya Ummu Jamil terhadap perjuangan suaminya sehingga dia begitu gigih turut serta mencari jalan untuk menghancurkan umat islam di ketika itu. Berbalik kepada era kita pada hari ini, islam tetap dan masih mempunyai musuh dan dimusuhi. Tentera-tentera musuh pada hari ini juga bisa saja di belakang mereka punya wanita-wanita (para isteri)yang bertindak sehebat Ummu jamil dalam menyokong perjuangan suami-suami mereka untuk menghancurkan islam malah mereka berganding bahu,kaki,tangan dan semuanya untuk menghancurkan islam. Jadi kita para isteri juga perlu berusaha untuk menjadi pendokong tegar suami kita seperti mana isteri-isteri Rasulullah saw Siti Khadijah dan Siti Aisyah, juga isteri-isteri pejuang yang telah dulu menjadi mujahid fi sabilillah..

Untuk menjadi isteri yang kuat mendokong suami dalam dakwah haruslah suami yang terlebih dahulu terkedepan dalam segala hal dalam dakwah. Jika suami lemah, lesu, tidak begitu berminat untuk melibatkan diri dalam barisan dakwah, tidak cuba memberi kefahaman kepada isteri tentang jalan dakwahnya, tidak mengajak isterinya turut serta dalam program-program dakwah, maka sokongan isteri kepadanya akan kurang dan hambar. Keserasian dan kesepaduan antara suami isteri dalam gerak kerja dakwah itu perlu agar prestasi suami lebih mencapai tahap optimum dalam setiap tindak tanduknya. Marilah kita mendokong penuh kerja-kerja dakwah suami kita. Akhirul kalam, semoga kita dan suami dapat bercinta hingga ke syurga...ameen.

Saturday, April 10, 2010

Permata yang bersinar



۞ ﺒﺴﻢ ﺍﷲ ﺍﻠﺮﺤﻤٰﻦ ﺍﻠﺮﺤﯿﻢ ۞

“Aku menyintaimu kerana AGAMA yang ada padamu, Jika kau hilangkan AGAMA dalam dirimu, hilanglah CINTAku padamu..” (Imam Nawawi)

Ada sesetengah muslimah yang apabila sesudah mendirikan rumah tangga, ia bertukar personaliti. Sedikit demi sedikit mengalami perubahan daripada peribadi dirinya yg sebenar. Jika perubahan itu merupakan hal yang positif, maka itu merupakan satu hal yang baik. Namun jika ia berubah kepada arah yang negatif, maka ia amatlah mengecewakan. Antara ciri yang positif yang ada dalam diri saya sebelum saya menikah dan alhamdulillah kekal hingga sekarang ialah saya suka berkawan dan suka mencari kawan walaupun keadaan diri terbatas. Namun, kawan yg saya cari selepas mengenal tarbiyah tentunya tidak sama dengan kawan yg dicari sebelum mengenal tarbiyah. Ada sesetengah muslimah yang setelah menikah, ia mengasingkan dirinya hingga sukar untuk dihubungi rakan-rakan lain. Ia menjadi pasif, tidak berkembang, tidak mengambil tahu dunia luar dan malas bergerak.

Seorang isteri kepada pendakwah tidak seharusnya begitu. Pernikahan kita kerana agama seharusnya mendampakkan kesan positif kepada orang lain. Jika seorang muslimah itu seorang yang aktif berdakwah sebelum menikah, kenapa setelah menikah bintangnya yang bersinar menjadi malap? Kenapa ia seperti tidak bersemangat malah kedengaran seperti tiada keceriaan di setiap bait tutur katanya...

Mencintai suami dan rumah tangga tidak bererti kita harus berubah malah ekspresi cinta kepada suami biarlah memberi kesan yang positif kepada diri kita sendiri dan kepada dakwah. Mencintai seseorang sepatutnya menjadikan diri kita lebih berkembang dan lebih produktif. Bukannya menjadikan diri kita makin lemah, lesu dan mundur. Lihatlah ekspresi cinta Siti Khadijah r.a dan Aisyah r.a kepada Rasulullah saw. Keperibadian mereka memberi kesan yang besar terhadap dakwah Rasulullah.

Tugas mengembang dakwah bukan tugas lelaki semata-mata. Ia juga merupakan amanah yang terletak di bahu seorang muslimah. Siapakah yang akan mengajak kaum wanita ke jalan Allah selain kaum wanita itu sendiri? Marilah kita sama-sama mengembankan potensi diri demi islam menjadi sebutir permata yang bersinar. Peringatan untuk diri sendiri terutamanya.

p/s: ukhti, aku merindui senyuman dan gelak tawamu...

Thursday, April 01, 2010

5 bekal isteri aktivis dakwah


۞ ﺒﺴﻢ ﺍﷲ ﺍﻠﺮﺤﻤٰﻦ ﺍﻠﺮﺤﯿﻢ ۞
Dalam satu daurah suatu masa dahulu, ada seorang akhawat membuat pengakuan berani mati "Ana kalau boleh ingin menjadi isteri kedua kepada suami ana", kata akhawat itu dengan lancar tapi dengan ada sedikit senyuman yang ditahan-tahan dibibirnya. Detik hati saya dan mungkin juga akhawat lain "Kok berani amat sih? Sanggup tuh..." Sebegitu mantop sekalikah akhawat itu sampai-sampai ingin menjadi isteri kedua? Benar, akhawat itu memang mantop kerana sambungnya lagi, "Ana kalau boleh ingin menjadi isteri kedua kepada suami, biarlah yang menjadi isteri pertamanya ialah dakwah". Oooohhhhh, ingatkan ukhti mahu bermadu benaran :)). Sanggupkah kalian dimadukan oleh suami dengan dakwah? Jika tidak sanggup, usahlah memasang niat ingin bernikah dengan aktivis dakwah kerana itu hanya menjadi fitnah buat suamimu kelak. Seorang isteri kepada pendakwah perlu mempunyai jiwa yang kuat dan sentiasa memperbaiki diri menjadi isteri yg positif agar ia menjadi tulang belakang yang kukuh buat suami. Di bawah ini artikel yang saya copy paste dari dakwatuna.com untuk dikongsikan. Walaupun ada term2 bahasa indonesia yang saya sendiri tidak faham tapi secara keseluruhannya dapat dicerna oleh minda..moga bermanfaat :).

5 Bekal Istri Aktivis Dakwah
Mar'ah Muslimah
4/4/2008 | 27 Rabiul Awwal 1429 H | Hits: 11.333
Oleh: Dra. Anis Byarwati, MSi.


dakwatuna.com – Seorang aktivis dakwah membutuhkan istri yang ‘tidak biasa’. Kenapa? Karena mereka tidak hanya memerlukan istri yang pandai merawat tubuh, pandai memasak, pandai mengurus rumah, pandai mengelola keuangan, trampil dalam hal-hal seputar urusan kerumah-tanggaan dan piawai di tempat tidur. Maaf, tanpa bermaksud mengecilkan, berbagai kepandaian dan ketrampilan itu adalah bekalan ‘standar’ yang memang harus dimiliki oleh seorang istri, tanpa memandang apakah suaminya seorang aktivis atau bukan. Atau dengan kalimat lain, seorang perempuan dikatakan siap untuk menikah dan menjadi seorang istri jika dia memiliki berbagai bekalan yang standar itu. Lalu bagaimana jika sudah jadi istri, tapi tidak punya bekalan itu? Ya, jangan hanya diam, belajar dong. Istilah populernya learning by doing.

Kembali kepada pokok bahasan kita. Menjadi istri aktivis berarti bersedia untuk mempelajari dan memiliki bekalan ‘di atas standar’. Seperti apa? Berikut ini adalah bekalan yang diperlukan oleh istri aktivis atau yang ingin menikah dengan aktivis dakwah:

1. Bekalan Yang Bersifat Pemahaman (fikrah).

Hal penting yang harus dipahami oleh istri seorang aktivis dakwah, bahwa suaminya tak sama dengan ‘model’ suami pada umumnya. Seorang aktivis dakwah adalah orang yang mempersembahkan waktunya, gerak amalnya, getar hatinya, dan seluruh hidupnya demi tegaknya dakwah Islam dalam rangka meraih ridha Allah. Mendampingi seorang aktivis adalah mendampingi seorang prajurit Allah. Tak ada yang dicintai seorang aktivis dakwah melebihi cintanya kepada Allah, Rasul, dan berjihad di jalan-Nya. Jadi, siapkan dan ikhlaskan diri kita untuk menjadi cinta ‘kedua’ bagi suami kita, karena cinta pertamanya adalah untuk dakwah dan jihad!

2. Bekalan Yang Bersifat Ruhiyah.

Berusahalah untuk mendekatkan diri kepada-Nya. Jadikan hanya Dia tempat bergantung semua harapan. Miliki keyakinan bahwa ada Kehendak, Qadha, dan Qadar Allah yang berlaku dan pasti terjadi, sehingga tak perlu takut atau khawatir melepas suami pergi berdakwah ke manapun. Miliki keyakinan bahwa Dialah Sang Pemilik dan Pemberi Rezeki, yang berkuasa melapangkan dan menyempitkan rezeki bagi siapa yang Dia kehendaki. Bekalan ini akan sangat membantu kita untuk bersikap ikhlas dan qana’ah ketika harus menjalani hidup bersahaja tanpa limpahan materi. Dan tetap sadar diri, tak menjadi takabur dan lalai ketika Dia melapangkan rezeki-Nya untuk kita.

3. Bekalan Yang bersifat Ma’nawiyah (mentalitas).

Inilah di antara bekalan berupa sikap mental yang diperlukan untuk menjadi istri seorang aktivis: kuat, tegar, gigih, kokoh, sabar, tidak cengeng, tidak manja (kecuali dalam batasan tertentu) dan mandiri. Teman saya mengistilahkan semua sikap mental ini dengan ungkapan yang singkat: tahan banting!

4. Bekalan Yang bersifat Aqliyah (intelektualitas).

Ternyata, seorang aktivis tidak hanya butuh pendengar setia. Ia butuh istri yang ‘nyambung’ untuk diajak ngobrol, tukar pikiran, musyawarah, atau diskusi tentang kesibukan dan minatnya. Karena itu, banyaklah membaca, rajin mendatangi majelis-majelis ilmu supaya tidak ‘tulalit’!

5. Bekalan Yang Bersifat Jasadiyah (fisik).

Minimal sehat, bugar, dan tidak sakit-sakitan. Jika fisik kita sehat, kita bisa melakukan banyak hal, termasuk mengurusi suami yang sibuk berdakwah. Karena itu, penting bagi kita untuk menjaga kesehatan, membiasakan pola hidup sehat, rajin olah raga dan lain-lain. Selain itu, jangan lupakan masalah merawat wajah dan tubuh. Ingatlah, salah satu ciri istri shalihat adalah ‘menyenangkan ketika dipandang’.

Akhirnya, ada bekalan yang lain yang tak kalah penting. Itulah sikap mudah memaafkan. Bagaimanapun saleh dan takwanya seorang aktivis, tak akan mengubah dia menjadi malaikat yang tak punya kesalahan. Seorang aktivis dakwah tetaplah manusia biasa yang bisa dan mungkin untuk melakukan kesalahan. Bukankah tak ada yang ma’shum di dunia ini selain Baginda Rasulullah?

Wednesday, March 17, 2010

Muslim contoh


۞ ﺒﺴﻢ ﺍﷲ ﺍﻠﺮﺤﻤٰﻦ ﺍﻠﺮﺤﯿﻢ ۞
Ada satu malam, saya mendengar satu sedutan ceramah dari vcd. Sejak bergelar ibu, memang saya tak pernah sempat untuk menonton apa-apa cerita dalam vcd dari awal hingga habis. Biasanya hanya sempat untuk menonton samada permulaan cerita atau pertengahan cerita ataupun akhir cerita. Ustaz tersebut memberitahu, "Ramai orang yang bisa memberikan contoh, tapi tak ramai orang yang bisa dijadikan contoh". Betul kata ustaz tu.

Memang kita tahu hanya Rasulullah saw saja yang maksum dan merupakan uswatun hasanah. Namun saya percaya ramai daripada kita yang dahagakan sosok model yang paling tidak, bisa menjadi inspirasi dalam kehidupan seharian. Bila mana melihat orang itu, kita jadi termotivasi untuk beramal dan semakin cinta pada Allah dan Rasul. Lihatlah betapa hebatnya impak kehadiran seorang tokoh islam yang besar ke Malaysia baru-baru ini iaitu Sheikh Yusof Al-Qaradhawi. Bgimana kehadirannya bisa menarik ribuan rakyat tak kira tua atau muda membanjiri majlis ceramahnya. Sosok yang bisa dijadikan contoh kerana kecerdikannya, kewibawaannya sebagai seorang ulama' besar dan sangat tinggi ilmunya. Jika seorang kanak-kanak banyak menonton rancangan seperti power rangers, batman, ultraman dsbginya, maka kanak-kanak itu menjadikan heronya sebagai idola kerana mengkagumi akan kehebatan sang hero cerita-cerita tersebut. Jika seorang remaja pula, dia menjadikan artis-artis pujaan sebagai idola dan ikutannya. Setiap lapisan manusia dari kanak-kanak hingga ke dewasa senantiasa mencari sesuatu untuk digemari dan diikuti. Oleh sebab itu kita dianjurkan untuk bersahabat dengan orang-orang yang soleh kerana mereka bisa menjadi sumber inspirasi untuk kita supaya lebih rajin beramal.

Siapa pula kita untuk menjadi contoh dan dijadikan contoh? Jika kita sebagai ibubapa, mahu tak mahu kita mesti menjadi contoh untuk anak-anak. Menjadi role model untuk mereka dalam membentuk akhlak mulia dan beramal soleh. Namun dalam lingkungan keluarga dan masyarakat, mesti terdetik di hati, "Aku ni memang la nampak alim, berpakaian menutup aurat, tapi sebenarnya aku tak layak pun untuk menjadi contoh dan dijadikan contoh kepada orang lain". Itu detik hati kita tapi tanpa sedar ketrampilan kita yang bersifat islami di mata masyarakat menjadi perhatian mereka. Mereka ini boleh jadi orang islam sendiri yang kurang memahami agama islam dengan jelas ataupun mereka yang bukan beragama islam. Mereka melihat dan menilai adakah akhlak kita ini selari dengan ajaran islam itu sendiri dan mereka suka untuk mengambil kita sebagai contoh malah dengan akhlak kita yang baik, menjadi asbab kepada mereka untuk terbuka pintu hati untuk memeluk agama islam. Dalam sesetengah perkara, orang bukan islam malah lebih baik berbanding dengan orang islam itu sendiri. Contohnya dari segi pemurahnya mereka dalam menghantar bantuan kemanusiaan kepada mangsa-mangsa bencana alam, dari segi amalan kebersihan lihat saja tandas-tandas awam di negara barat dan rumah-rumah mereka yang rapi dan kemas, sangat berdisiplin, sukakan ilmu dan sebagainya. Menurut suami saya yang pernah menjejakkan kaki ke Australia, di sana susah hendak melihat ada sampah di tepi-tepi jalan. Jika ada pejalan kaki ingin melintas jalan, secara automatik pemandu kereta akan memberhentikan kereta bagi memberi laluan kepada pelintas jalan. Jadi, bagaimana kita mahu menarik orang bukan islam masuk islam jika mereka sendiri jauh lebih baik perilakunya berbanding dengan orang islam sendiri?

(pic source)
Kesimpulan yang ingin saya buat ialah, sebagai orang islam yang berketrampilan islami, kita sepatutnya menjaga akhlak sebaik mungkin selari dengan ajaran islam kerana kita membawa imej islam, masyarakat mahu melihat dan mencontohi sesuatu yang baik daripada kita. Cara kita bercakap tidak sombong. Murah dengan senyuman. Ramah-tamah. Cepat menghulurkan bantuan, suka memberi derma, bermasyarakat dan sebagainya. Saya juga menyeru pada diri saya sendirilah terutamanya kerana kita masing-masing mari tanya diri kita sendiri sudah sejauh manakah kita mencontohi akhlak Rasulullah saw? Jawapannya anda tahu sendiri. Sama-sama kita memperbaiki diri agar akhlak kita menjadi lebih baik dan bisa menjadi contoh kepada orang lain di luar sana.

Saturday, March 06, 2010

Hati-hati dan teliti


pic source
۞ ﺒﺴﻢ ﺍﷲ ﺍﻠﺮﺤﻤٰﻦ ﺍﻠﺮﺤﯿﻢ ۞
Saya bermujahadah untuk menyiapkan satu artikel yang bersifat ilmiah. Susahnya nak siapkan satu artikel :). Kalau catatan santai mudah saja tak sampai lima minit sudah siap. Namun jika kita menjadikan blog ini sebagai medan dakwah, maka ia harus diusahakan untuk diupdate. Bila anak-anak sudah nyenyak tidur, itulah masa yang sesuai.

Suatu ketika dulu, saya pernah menyertai sebuah program di satu tempat di KL. Dalam program sehari itu bermula dari pagi hingga selesai waktu petang, ada satu slot "games". Pengisi yang "conduct games" tersebut menyuruh kami membuat beberapa barisan panjang dan peserta yang duduk paling hadapan dalam barisan dikehendaki mendapatkan satu maklumat daripada pengisi. Setelah itu, peserta tadi mula menyampaikan maklumat kepada peserta di belakangnya. Peserta di belakangnya itu akan pass pada peserta di belakangnya pula dan begitulah seterusnya hingga akhirnya sampai maklumat itu kepada orang yang berada paling belakang dalam barisan. Kemudian peserta paling belakang itu dikehendaki berdiri dan masing-masing memberitahu maklumat yang mereka dapat dengan suara yang kuat. Namun maklumat itu adalah salah dan menyimpang dari maklumat yang asal.

Banyak pengajaran yang dapat diambil daripada permainan ini di antaranya ialah kita perlu menjadi seorang pendengar yang teliti dan peka. Jika seorang pemimpin (ayah,guru,suami,murobbi dan sbginya) memberikan arahan,tugas atau nasihat, kita haruslah mendengarnya dengan teliti dan peka dengan setiap butiran kata yang diberi kerana mendengar dengan sambil lewa akan memberi kesan buruk seperti salah faham, kegagalan,kerugian dan pergaduhan. Jika dia merupakan seorang sahabat, jadilah pendengar yang baik kerana kegagalan kita untuk mendengar ceritanya dengan teliti menyebabkan kita terlepas beberapa jalan cerita. Kemudian itu, kita pun menyebarkan cerita tersebut kepada sahabat yang lain dalam versi baru yang jauh tersasar dan menyimpang dari cerita yang asal. Cerita itu kemudiannya makin luas tersebar tapi ia sudah menjadi sebuah fitnah yang amat besar. Impaknya, sahabat kita itu sudah terfitnah dengan cerita bohong tentang dirinya dan tentu sekali dia akan mendapat malu. Kata suami saya, "Orang perempuan memang suka menambah-nambah cerita agar cerita itu menjadi semakin sensasi dan hebat-gosip". Ya atau tidak? Tapi artikel ini bukan ditujukan kepada kaum hawa tapi ditulis secara umum.

Pengajaran lain yang boleh diambil ialah apabila kita mendapat sesuatu berita, periksalah dulu akan kebenarannya sebelum kita menyebarkan kepada orang lain pula. Ini peringatan khas untuk diri sendiri sebenarnya sebab saya juga kadang-kala selalu terbabas dengan berita-berita sensasi yang diterima. Tangan ini cepat saja mahu meng sms cerita yang entah betul entah tidak kepada teman-teman yang lain. Apabila sebuah cerita itu dijaja dari mulut ke mulut, ketepatannya boleh jadi akan berkurang dan boleh jadi ia berita palsu yang disebarkan oleh manusia yang tidak bertanggungjawab. Firman Allah dalam surah Al-Hujurat ayat 6 yang bermaksud:

"Wahai orang-orang yang beriman, jika datang kepada kalian orang fasik dengan membawa berita, maka telitilah berita itu agar kalian tidak memberikan keputusan kepada suatu kaum tanpa pengetahun sehingga kalian akan menyesali diri atas apa yang telah kalian kerjakan."

Dan semestinya setiap perlakuan yang kita buat akan tidak terlepas dari harus bertangungjawab. Mulut yang enak bergosip, tangan yang rancak meng'sms', telinga yang rajin mendengar dan hati yang sakit. Firman Allah dalam surah Al-Isra' ayat 36 yang bermaksud:

"Janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak ketahui. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati, semuanya itu akan dimintai pertanggungjawabannya."

Semoga kita semua dirahmati Allah dan terpelihara dari membuat fitnah. Sekian.

Saturday, February 27, 2010

Warkah buat ukhti fillah

۞ ﺒﺴﻢ ﺍﷲ ﺍﻠﺮﺤﻤٰﻦ ﺍﻠﺮﺤﯿﻢ ۞


Get More Islamic Testi Here!

Assalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh

Ukhti fillah yang disayangi...
Sebenarnya ana tidak pandai bermain kata dan menutur bicara. Dan yang paling penting iman ana yang tipis takut pula tersilap memberi nasihat dan tidak menepati kehendak agama. Secara dasarnya, ana akui ana bukanlah wanita solehah dan hamba Allah yang baik. Ana ini banyak kekurangan serta kelemahan yang anti tidak tahu...

Cuma, insyaAllah, kerana anti pinta nasihat dari ana, maka ana merasakan ana wajib memberikan sepatah dua kata buat tatapan ukhti yang disayangi. Pandangan dan nasihat ini insyaAllah lahir dari sudut hati ana dan idea dari apa yang ana rasa dan perhatikan dari jauh. Juga dari pengalaman hidup ana yang tidak seberapa ini...

Ukhti fillah...
Ana sebolehnya dalam perhubungan sesama akhawat, ana akan cuba untuk tidak menfokuskan akan kelemahan mana-mana akhawat. Kalau boleh di 'delete' dalam fikiran ana, ana akan cuba 'delete' kesalahan dan kelemahan mereka yang bermain dan berlegar-legar di kotak fikiran. Sebabnya bagi ana, ukhuwwah fillah antara kita lebih bernilai dan berharga dari segalanya. Berapa ramai sangatlah barisan akhawat kita yang sama-sama berjuang di jalan dakwah ini ukhti? Tidak ramai bukan? Malah jika seorang pergi meninggalkan jalan dakwah ini kita akan rasa sangat kehilangannya. Jadi, ana akan "highlight" kan persamaan antara kita sesama akhwat kerana itu lebih menguntungkan kita semua dan dakwah kita. Persamaan antara kita sebenarnya banyak. Antaranya ialah kita sama-sama mencari cinta Allah dan mengharapkan keredhaan-Nya, kita sama-sama berjuang di jalan dakwah, kita berkongsi cerita tentang iman dan islam, pakaian kita lebih kurang sama labuh dan besar, seronok apabila dapat berkumpul dan berprogram bersama. Alangkah indahnya saat itu, kita dapat berkumpul dalam satu halaqah. Seusai halaqah, kita buka cerita masing-masing tapi ada diantara kita yang jenis perahsia menyebabkan kita menjadi tidak rapat mana.

Ukhti fillah.....
Walaupun langkah kita seiring dan sejalan ke suatu destinasi cinta ilahi, tetapi pada hakikatnya kita mempunyai latar belakang yang berbeza-beza. Masing-masing dididik dengan cara yang berlainan dan mendapat pentarbiyahan yang berbeza-beza. Jadi jangan anti merasa pelik jika ada akhawat yang mempunyai perwatakan yang pelbagai. Ada akhawat yang kelihatan agak kasar, mengambil masa yang lama untuk bersiap, tidak pandai memasak, suka tidur, dan macam-macam lagi. Ada yang datang dari keluarga yang kaya dan tinggal di bandar menyebabkan dia kelihatan agak boros dan suka ber'shopping'. Ada yang datang dari kampung dan biasa hidup susah menyebakan dia kelihatan lebih berdikari. Ada juga yang suka ketawa berdekah-dekah, kelakar, kurang cermat dan kurang menitikberatkan kebersihan. Namun inilah hakikat yang perlu kita terima dan berlapang dada. Kita perlu saling menampung dan melengkapi dalam masa yang sama saling memperbaiki. Untuk seseorang akhawat itu berubah perlu tarbiyah yang konsisten dan sokongan dari akhawat lain dan bukan mengambil masa yang sedikit. Kita perlu sabar dengan sikap sesetengah akhawat yang nampaknya tidak sesuai dengan selera kita kerana ini menunjukkan tarbiyah untuk dirinya belum mencukupi.

Ukhti fillah...
Itu sajalah buat setakat ini yang mampu ana coretkan untuk anti. InsyaAllah, sehingga kita berjumpa lagi di lain waktu. Andai ada kata yang mengguris perasaan anti, ana mohon seribu kemaafan kerana sememangnya ana juga insan yang lemah. Semoga kita terus tsabat di jalan dakwah ini dan mendapat keredhaan dan limpahan rahmat kasih sayang Allah swt. Akhir kata, ukirlah senyuman manis buat akhawat mu kerana siapa tahu esok atau lusa, mereka tidak dapat melihat lagi senyumanmu buat selama-lamanya...ana uhibbuki fillah:-).

Salam sayang,

Sahabatmu di jalan dakwah.

Friday, February 12, 2010

Suara wanita

۞ ﺒﺴﻢ ﺍﷲ ﺍﻠﺮﺤﻤٰﻦ ﺍﻠﺮﺤﯿﻢ ۞


Get More Islamic Testi Here!


(sumber: http://www.apisbp.com/artikel/suara-wanita)

Suara wanita pada asalnya tidaklah aurat. Dalam keadaan normal dan aman dari fitnah, harus seorang wanita bercakap dengan lelaki dan harus lelaki mendengar suaranya sama ada berurusan jual-beli, mengajar, menyampaikan taklimat, menjawab telefon atau sebagainya. Pada zaman Nabi s.a.w., wanita-wanita sahabat bercakap dengan Nabi s.a.w. dan bertanya baginda tentang urusan-urusan agama yang bersangkutan dengan mereka. Selain itu, mereka juga bercakap dengan kaum lelaki (di kalangan sahabat) apabila ada keperluan dan tidak pernah Nabi s.a.w. melarang mereka.

Anas r.a. menceritakan; Apabila Rasulullah s.a.w. wafat, Abu Bakar r.a. dan Umar r.a. pergi ke rumah Ummu Aiman untuk menziarahi beliau sebagaimana Rasulullah selalu menziarahinya sebelum kewafatan baginda. Sampai di rumahnya, mereka dapati beliau menangis. Mereka berdua bertanya; “Apa yang menyebabkan engkau menangis? Apa yang ada di sisi Allah adalah lebih baik bagi Rasulullah s.a.w..”. Ummu Aiman menjawab; “Aku menangis bukan kerana tidak tahu bahawa apa yang ada di sisi Allah itu lebih baik bagi baginda, akan tetapi aku menangis kerana wahyu telah terputus dari langit (dengan kewafatan baginda)”. Jawapan Ummu Aiman menyebabkan Abu Bakar dan Umar terharu dan turut menangis bersamanya (HR Imam Muslim). Imam Nawawi tatkala mengulas hadis ini, beliau menegaskan –antaranya-; di dalam hadis ini (terdapat dalil menunjukkan) keharusan kumpulan orang lelaki menziarahi perempuan yang solehah dan mendengar ucapannya” (Syarah Soheh Muslim, juz. 16, kitab Fadhail as-Sohabah…).

Suara perempuan hanya akan menjadi aurat apabila dilemah-lembutkan atau dengan nada memujuk-rayu dan memikat. Ini sebagaimana yang ditegah Allah dalam firmanNya (yang bermaksud);

“…janganlah kamu berkata-kata dengan lembut manja (semasa bercakap dengan lelaki asing) kerana yang demikian boleh menimbulkan keinginan orang yang ada penyakit dalam hatinya (menaruh tujuan buruk kepada kamu), dan sebaliknya berkatalah dengan kata-kata yang baik (sesuai dan sopan)”. (al-Ahzab; 32)

Menurut Imam Ibnu Kathir, ayat ini bermaksud; seorang wanita hendaklah jangan bertutur dengan lelaki-lelaki asing (yakni yang bukan mahramnya) dengan suara yang dilemah-lembutkan, yakni suara sebagaimana ia bertutur dengan suaminya”.

Wallahu a’lam.

Rujukan;

1. Mukhtasar Tafsir Ibnu Kathir, oleh; Ahmad bin Sya’ban bin Ahmad dan Muhammad bin ‘Iyadi bin Abdul-Halim.
2. al-Fatawa, Syeikh ‘Athiyah Saqar, 2/177-178.
3. Fatawa Ulama’ Baladil-Haram, hlm. 721.
4. Syarah Soheh Muslim, Imam an-Nawawi.

Ditulis oleh Ustaz Ahmad Adnan Fadzil (http://ilmudanulamak.blogspot.com/ )

IKHTILAT IKHWAH DAN AKHAWAT, SEKSISkah KITA??? (Sharing)


Get More Islamic Testi Here!


۞ ﺒﺴﻢ ﺍﷲ ﺍﻠﺮﺤﻤٰﻦ ﺍﻠﺮﺤﯿﻢ ۞

http://www.iluvislam.com/v1/readarticle.php?article_id=668
Seksiskah Kita??
www.iLuvislam.com
oleh: Ahyana

Assalamua'laikum.. secebis peringatan buatmu yg bergelar daie daeiyah...

IKHTILAT IKHWAH DAN AKHAWAT, SEKSISkah KITA???

Persoalan mungkin, ikhtilat(percampuran) IKHWAH dan AKHAWAT, Bagaimana dengan kita?. Sesungguhnya menjadi kewajipan bagi seseorang muslimin-muslimat yang beriman kepada Allah dan Rasul itu menjauhi ikhtilat yang haram antara lelaki dan perempuan. Hendaklah seorang wanita itu apabila telah cukup ilmu dan fahamnya dan terlibatnya di dalam dakwah untuk memastikan dirinya jauh dari ikhtilat (percampuran lelaki-perempuan) yang bukan mahramnya. Perlanggaran batas-batas pergaulan muslimin-muslimat masih terjadi dan hal ini mungkin disebabkan kerana :

1. Belum mengetahui batas-batas pergaulan.
2. Sudah mengetahui, namun belum memahami.
3. Sudah mengetahui namun tidak mahu mengamalkan.
4. Sudah mengetahui dan memahami, namun tergelincir kerana lalai.

Kita mungkin sibuk menghiasi penampilan luar kita dengan menyimpan janggut, berkopiah ataupun dengan tudung labuh warna-warni. Kita sibuk berhiaskan simbol-simbol front Islam namun lupa substans Islam. Kita bersungguh belajar ilmu Islam namun tidak fokus pada pemahaman dan amal. Aktivis sekular tidak lagi segan dengan kita!!!

Seorang ustaz bercerita bahawa ada aktivis sekular yang berkata kepadanya, “ Ustaz, dulu saya respect pada Islamic student, pakai tudung labuh, berkopiah kerana pandai menjaga pergaulan muslimin-muslimat, namun kini mereka sama saja dengan kami. Kami jadi tak segan lagi.”

Ungkapan aktivis sekular di atas memalukan kita selaku jundi-jundi yang ingin memperjuangkan agama-Nya. Menjaga pergaulan lelaki-perempuan memang bukanlah hal yang mudah kerana fitrah lelaki adalah mencintai wanita dan demikian pula sebaliknya. Hanya dengan keimanan yang kukuh dan mujahadah sajalah yang membuat seseorang dapat istiqomah menjaga batas-batas ini. Pelanggaran batas-batas pergaulan Ikhwah dan Akhawat masa kini

1. Tidak Menundukkan Pandangan ( Gadhul Bashar )
Bukankah ada pepatah yang mengatakan, “ Dari mana datangnya cinta ? Dari mata turun ke hati”. Maka jangan kita ikuti seruan yang mengatakan, “Ah, tidak perlu gadhul bashar, yang penting kena jaga hati!” Namun, bukanlah menunduk pandangan sehingga terlanggar tiang tapi cukup sekadar kita memastikan pandangan kita terjaga daripada melihat sesuatu yang tidak syarie. Lelaki memandang wanita dengan penuh nafsu dan tidak alah juga wanita yang berkelakuan demikian walau tampil “warak berbungkus”.

2. Couple
Duduk berdua di taman-taman, tepi-tepi malah ada yang lebih licik dengan menggunakan platform rasmi yang bernama ‘meeting’ ditempat2 yang mencurigakan. Walaupun kebanyakan masyarakat pelajar Azhar mahupun masyarakat arab tidak mempedulikan sebegini kerana menganggap ustaz-ustazah yang berduaan ini sedang berdiskusi tentang Islam dan tugas, namun apapun alasannya, maka menutup pintu fitnah ini adalah langkah terbaik dan wajib bagi kita.


3. “Chop awal2” Untuk berkahwin
“Bagaimana, ustazah? Tapi tiga tahun lagi baru kita kahwin. Ana takut enti diambil orang.” Akhawat belum tamat belajar sehingga ‘dichop’ seorang ikhwah untuk menikah kerana takut kehilangan, padahal belum pasti hasrat itu akan tercapai. Hal ini sangatlah berisiko dan boleh mendatangkan permusuhan dan perpecahan bukan setakat semasa belajar, malah akan berlanjutan ke tanah air. Bukankah Nabi sallahu Alihi Wasallam sendiri melarang kita daripada ‘chop awal’ atau bertunang terlalu lama. Dengan kata mudah ‘kalau rasa diri sudah berpunya dan serius dalam hubungan, eloklah dipercepatkan urusan akad antara keduanya takut-takut terjerumus kekancah maksiat. Justeru, mana mungkin hubungan suci suami isteri akan terbina kekal di atas timbunan sampah kemaksiatan.’

4. Telefon Tidak ‘Urgent’
Menelefon dan berborak tidak tentu arah yang tidak ada nilainya sama ada soal pengajian mahupun atau soal tugas berpersatuan. Kalau setakat bertanya khabar, bercakap soal hati dan perasaan atau apa sahaja yang bersifat tidak syarie tanpa batas, ana gusar apa akan kita jawab dihadapan Allah nanti. Apa yang lebih malang, kita selaku daei, ulamak dan harapan masyarakat di luar sana sebagai benteng terakhir umat Islam yang membawa mandat besar selaku agen pengubah masyarakat, harus menunjukkan teladan dan nama yang baik dengan mengenepikan sebarang salah laku

5. SMS Tidak ‘Urgent’
Saling berchatting via SMS mengenai hal-hal yang tak ada kaitannya dengan da’wah, sampai tak sedar kredit dah habis. Sudah tiba masanya kita matang dan bermuhasabah dengan kehadiran teknologi yang sudah sekian lama kita nikmati. SMS tidak sepatutnya dijadikan medan melempiaskan nafsu serakah dengan berabang-sayang tapi sepatutnya dimanfaatkan untuk tujuan yang lebih murni dan berfaedah untuk menempah tiket ke syurga Allah Subhanahu Wataala.

6. Berbicara Mendayu-Dayu
Bercakap sambil tertawa kecil dan terdengar sedikit manja. Bukankah Nabi Sallallahu Alaihi Wasallam melarang perempuan daripada bercakap dengan suara yang mendayu-dayu dan dibuat-buat untuk menarik perhatian lelaki. Jadilah wanita yang bermaruah dengan sedikit bertegas bila bercakap dengan lelaki yang bukan mahram. Si lelaki pula. Jadilah mukmin yang ‘gentleman’ dengan menghormati perempuan mukminat. Hormat dalam erti kata menjaga dan memelihara maruah kaum hawa yang bakal menjadi tempat letaknya zuriat kita, penerus generasi beragama masa depan.

7. Yahoo Messenger/Chatting Yang Tidak ‘Urgent’
YM adalah termasuk satu kemudahan. Tidaklah berdosa bila ingin menyampaikan hal2 penting di sini. Namun menjadi bermasalah bila topik perbicaraan melebar entah kemana dan tidak fokus pada da’wah kerana khalwat secara maya mudah untuk berlaku. Firman Allah Subhanahu Wataala : Rasulullah s.a.w bersabda,
“ Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhirat, maka jangan sekali-kali dia bersendirian dengan seorang perempuan yang tidak bersama mahramnya, kerana yang ketiganya ialah syaitan.” (HR. Ahmad)

Penutup
Ikhtilat Ikhwah dan Akhawat, seksiskah kita? Berdasarkan dalil-dalil yang dikemukakan, jelaslah kepada kita bahawa pergaulan atau ‘ikhtilat’ di antara lelaki dan wanita tanpa sebab-sebab munasabah yang dibenarkan adalah dilarang sama sekali dan membawa kepada dosa. Maka sewajarnya ke atas kaum Hawa menjaga batas-batas pergaulan hariannya dengan kaum Adam. Ini kerana ‘ikhtilat’ yang melanggar batas2 syariat akan menyebabkan fitnah serta kerosakan hati dan akhlak di dalam kalangan masyarakat Islam. Seterusnya ia boleh menjatuhkan martabat wanita itu sendiri. Jadilah lelaki yamg mampu membela dan memimpin kaum hawa ke jalan yang membawa mereka ke syurga.

Bukankah sekiranya kita sayangkan seseorang, sayang kita akan lebih bermakna jika kita sama2 memperoleh syurga. Mana mungkin lafaz sayang dan kasih kita terpalit lumpur yang natijahnya adalah neraka. Lupakan persoalan salah siapa antara kita tapi letakkan pertanyaan dalam benak sanubari kita, Ikhtilat antara ikhwah dan akhawat, bagaimana dengan kita? Adakah kita terlibat sama?. Jangan sampai suatu masa anak cucu kita mentertawakan dan menghukum kita lantaran salah laku yang kita adakan hari ini. Wallahu ‘alam.

Tuesday, February 09, 2010

Tarbiyah itu indah

۞ ﺒﺴﻢ ﺍﷲ ﺍﻠﺮﺤﻤٰﻦ ﺍﻠﺮﺤﯿﻢ ۞

Get More Islamic Testi Here!

Musibah adalah tarbiyah dari Allah
Di sebalik musibah yang melanda, terselit banyak hikmahnya...walaupun ujian itu perit, ikhlaskanlah hati untuk menerimanya..berlapang dada biarpun sesekali ia begitu menyesakkan nafas hingga tumpah air mata..

Sejak akhir-akhir ini banyak musibah yang melanda. Namun saya bersyukur kerana di sebalik musibah ini, saya merasakan Allah sedang mentarbiyah diri ini lantaran banyaknya dosa-dosa saya..cuma apa yang saya bimbang ialah, kesedaran ini cepat sirna lalu saya mengulangi dosa-dosa yang sama..ya Allah berikanlah petunjuk bagiku dan kurnikanlah sahabat yang solehah sebagai pembimbing untukku..

Sahabat di jalan dakwah
Sahabat yang datang dan pergi dalam hidup ini sangat ramai. Tentunya sedih apabila sahabat yang selama ini mencari ilmu agama bersama-sama menyatakan hasrat untuk pergi..namun apakan daya, masing-masing mempunyai komitmen dan agenda tersendiri. Namun, saya positif, setiap kehilangan itu pasti Allah akan menggantikan dengan yang lain. InsyaAllah. Tapi apa yang saya harapkan ialah sahabat-sahabat saya tidak expect saya lebih-lebih apabila melihat angka usia saya yang agak jauh berbeza (kebanyakannya lebih muda dari saya) dan apabila melihat kepada suami saya yang bersemangat dalam dunia dakwah. Ini kerana saya takut mereka kecewa setelah mengetahui kekurangan ilmu yang saya ada dan saya sendiri pun sebenarnya masih mencari langkah mengejar suami yang jauh maju ke depan berbanding saya dalam kerja-kerja dakwah. Saya cuma mengenal jalan dakwah setelah bernikah dengan suami dan masih banyak kekurangan yang ada yang perlu dibaiki. Namun, kita tidak perlu menunggu untuk menjadi manusia yang sempurna baru hendak berdakwah kerana sampai mati pun kita tidak akan sempurna. Kalau kita ingin pandai dan cekap memasak, kita perlulah selalu memasak. Mula-mula memasak, kadang-kadang masakan kita itu tidak sedap, tapi lama-kelamaan setelah kita selalu masak, kita menjadi sangat mahir dan hasilnya masakan itu menjadi sangat enak. Apa yang penting, cuba masak dulu walaupun tidak pandai.

Dakwah dan tarbiyah
Jalan dakwah itu panjang, tidak ditabur dengan bunga mawar yang harum dan dihampar dengan permaidani merah, sebaliknya jalannya penuh ranjau berduri dan berliku-liku. Kesiapan mental dan rohani yang kuat sangat diperlukan dalam mengharungi cabarannya. "Jika anda merasa senang, mudah dan selesa,itu sebenarnya anda belum benar-benar berdakwah"(huhu,saya la tu), jelas murobbi saya dalam halaqah suatu ketika dulu. Oleh itu pejuang, jika dirimu merasa lelah, sedih, payah dan sebarang rasa yang tidak enak, relakanlah..biarkan Allah saja yang menjadi penyembuh hatimu. Cinta-Nya sahaja yang membuat dirimu tenang. Kata seorang pejuang dari tanah seberang, "Wanita itu sangat mudah untuk ditarik ke dalam tarbiyah, namun untuk dia meninggalkan tarbiyah pun mudah juga". Emosi wanita mudah disentuh, perasaannya halus, sebab itu ia mudah disentuh dengan tarbiyah namun ia juga bisa lari meninggalkan jalan ini kerana didorong oleh emosi yang negatif. Itulah kaum hawa, makhluk yang diciptakan oleh Allah dari tulang rusuk kaum adam yang bengkok. Oleh kerana hal-hal yang sepele, ia mudah merajuk dan meninggalkan jalan dakwah. Oleh itu sangat penting untuk kita menjaga ukhuwwah dengannya sebaik mungkin selagi hatinya belum benar-benar diresapi dengan tarbiyah. Sebenarnya, diri ini takut juga, kerana takut hanya pandai bermain kata, tapi tidak direalisasikan. Semoga Allah membimbing diri ini ke jalan yang benar.

Kita yang dimiliki
Kita sedar bahwa kita ini hanya hamba kepada Allah swt. Itu hakikat yang semua kita tahu. Namun, dalam hidup ini kita mesti sedar bahawa kita ini bukan sebenarnya boleh sewenang-wenangnya melakukan setiap perkara seenak rasa. Oleh kerana itu setiap tindak tanduk yang ingin kita ambil perlu mengira perasaan orang di sekeliling kita dan kesan baik buruknya kepada persekitaran. Jika kita seorang anak, perlu mengambil kira perasaan ibubapa. Jika kita seorang isteri, perlu menjaga perasaan suami. Jika kita seorang pelajar perlu mengambil kira kesan kepada guru dan sekolah. Jika kita seorang islam, perlu mengambil kira kesan kepada agama kita. Jika kita seorang kawan, perlu mengambil kira perasaan kawan kita, jika kita seorang ahli jemaah sesebuah pertubuhan atau pegangan, perlu mengambil kira kesan tindakan kita kepada mereka. Yang mudahnya kita hidup dalam sebuah komuniti yang sedikit sebanyak boleh mempengaruhi komuniti yang kita sertai. Amat sedih jika dalam sebuah gerakan islam yang membuat kerja-kerja dakwah, terdapat ikhwah dan akhawat yang menyulam cinta dan membuat tindakan yang tidak sepatutnya hingga melahirkan perasaan sedih, kecewa, marah, terkilan di kalangan ikhwah dan akhawat yang lain. Bahkan ia tidak berhenti di situ, timbul pula fitnah, saling salah menyalahkan, terputus ukhuwwah dan ada yang menyisihkan diri. Dan ada yang tidak tahu hujung pangkal pun turut dipersalahkan juga. Begitulah dasyatnya kesan kepada sebuah tindakan yang keluar dari batasan agama. Jika kita mahu orang lain redha dengan kita, terlebih dahulu tindakan yang dibuat perlulah mengikut lunas-lunas yang dibenarkan oleh syariat. Jika kita mengundang kemarahan Allah swt, kesannya kita tidak akan menemui kebahagiaan dalam hidup. Mari kita muhasabah diri kita!