Monday, November 22, 2010

Karena Madrasah Pertama itu Bernama Wanita

۞ ﺒﺴﻢ ﺍﷲ ﺍﻠﺮﺤﻤٰﻦ ﺍﻠﺮﺤﯿﻢ ۞

source: http://www.pks-jaksel.or.id/Article1161.html


Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.(QS An-Nisa 4:9)


Pendidikan anak sangat disarankan dimulai sejak dini, bahkan sejak dalam kandungan. Ketika sang ibu rajin beribadah, insya Allah, kelak janin yang dikandungnya akan menjadi ahli ibadah. Ketika sang ibu rajin membaca Al Qur’an, insya Allah, kelak anak yang dilahirkannyanya pun akan mencintai Al Qur’an. Ketika sang ibu sangat berhati-hati menjaga dirinya dari hal-hal yang diharamkan, insya Allah, kelak anaknya pun akan menjadi hamba-Nya yang ikhsan.

Betapa besarnya peranan seorang wanita dalam mencetak generasi robbani. Sebagaimana visi pernikahannya untuk menjadikan rumah tangga sebagai lahan tumbuhnya generasi yang akan menegakkan panji islam. Generasi yang tumbuh dalam rumah tangga yang menjadi pusat kaderisasi terbaik.

Ketika sang anak hadir ke dunia, sebuah tugas sangat berat telah diemban di pundak seorang ibu. Tugas mendidiknya, membekalinya dengan life-skill, agar kelak anaknya siap terjun ke dunia yang berubah dengan cepatnya setiap hari. Sepuluh atau 15 tahun lagi, akan sangat berbeda kondisinya dengan masa kini.

Ketika sang anak mulai banyak bertanya, “Ini apa?”, “Itu apa?”, ”Kenapa begini?”, Kenapa begitu?”, seorang ibu dituntut untuk dapat memberikan jawaban yang terbaik. Jawaban yang tidak mematikan rasa ingin tahu anak, bahkan sebaliknya, jawaban yang membuat anak semakin terpacu untuk belajar.

Masa yang penting ini, yang disebut golden-age, masa di mana anak sangat mudah menyerap segala informasi, belajar tentang segala sesuatu. Dan ibu adalah orang yang terdekat dengan anak, yang lebih sering berinteraksi dengan anak. Menjadilah ibu sebagai sumber ilmu, pendidik pertama bagi anak-anak, yang menanamkan pondasi awal dan utama bagi generasi yang akan menjadi pemimpin masa depan ini.

Ketika anak mulai memasuki dunia sekolah, tugas ibu tak lantas menjadi tergantikan oleh sekolah. Bahkan sang ibu dituntut untuk dapat mengimbangi apa yang diajarkan di sekolah.

Peran yang demikian strategis ini, menuntut wanita untuk membekali dirinya dengan ilmu yang memadai. Maka, wanita harus terus bergerak meningkatkan kualitas dirinya. Karena, untuk mencetak generasi yang berkualitas, dibutuhkan pendidik yang berkualitas pula. Hal itu berarti, seorang wanitia tidak boleh berhenti belajar.

Anis Matta pernah mengatakan, bahwa seorang wanita itu memiliki potensi yang sangat besar, namun sayangnya, ketika ia menikah, maka potensi itu seolah-olah lenyap, menyisakan dua kata, suami dan anak. Padahal, belajar itu proses seumur hidup, long life education. Itulah yang dipesankan oleh Rasulullah dalam haditsnya “Tuntutlah ilmu dari buaian hingga liang lahat”.

Artinya, tidak lantas ketika seorang muslimah menikah, maka kesempatan menuntut ilmunya berhenti sampai di situ, dikarenakan waktu dan tenaganya habis untuk mengurus suami dan anak. Artinya, dengan atau tanpa dukungan dan fasilitas dari suami, seorang wanita harus kreatif mencipta cara untuk terus mencari ilmu, untuk meningkatkan kualitas dirinya.

wanita

adalah lembaga pendidikan

bila dipersiapkan

darinya akan lahir pemuda-pemuda berjiwa mulia


Duhai ukhti muslimah, teruslah mencari ilmu, bekali dirimu dengan ilmu. Ilmu yang dapat meluruskan akidah, menshahihkan ibadah, membaguskan akhlaq, meluaskan tsaqofah, membuat mandiri, tidak bergantung pada orang lain sekaligus bermanfaat bagi orang lain.

Teladanilah wanita Anshar yang tidak malu bertanya tentang masalah agama. Teladanilah para sahabiyah yang bahkan meminta kepada Rasulullah untuk diberikan kesempatan di hari tertentu khusus untuk mengajari mereka. Sehingga, akan bermunculan kembali Aisyah-Aisyah yang mempunyai pemahaman yang luas dan mendalam tentang agamanya.

Duhai ukhti muslimah, didik putra-putrimu agar mengenal Allah dan taat pada-Nya, agar gemar membaca dan menghapal kalam-Nya. Ajarkan mereka mencintai Rasulullah dan meneladani beliau. Bekali dengan akhlak imani, mencintai sesama, menghormati yang tua dan menyayangi yang muda. Sehingga akan bermunculan kembali Khonsa-Khonsa yang mencetak para syuhada.

Didik putra-putri

Sebagai amanah Ilahi

Bekali akhlak imani

Jadikan mukmin sejati


(Suara Persaudaraan – Dialog Dua Hati)

Wallahu'alam bish showab. (dian)

Sunday, November 07, 2010

Hadith ke 13


۞ ﺒﺴﻢ ﺍﷲ ﺍﻠﺮﺤﻤٰﻦ ﺍﻠﺮﺤﯿﻢ ۞

Bersabda Nabi SAW: “ Tidak sempurna iman seseorang kamu, sehinggalah ia mengasihi saudaranya sama seperti ia mengasihi dirinya sendiri.” (Riwayat Al-Bukhari dan Muslim)


Seorang ukhti membacakan hadith ini. Hadith arbain yang ke 13. Kita selalu mendengar hadith ini, sangat femes tapi adakah kita pernah selama kita hidup ini kita betul-betul atau bersungguh-sungguh mempraktikkan hadith ini? Atau sekadar angin lalu, masuk ikut telinga kanan keluar ikut telinga kiri. Iaitu menyayangi sahabat/saudara/akhwat kita sama seperti kita menyayangi diri kita sendiri. Saya cuba menghayati seketika, betapa tidak sempurna lagi iman diriku ini lantaran hadith ini ternyata masih 'jauh panggang dari api' dari segi praktikalnya. Kadang-kadang, kita biarkan saja sahabat kita ditimpa kesusahan dan mehnah tanpa kita menghulurkan bantuan setakat yang termampu. Dalam minda, mungkin kita fikir, ermmm nanti pandai la tu dia selesaikan masalah. Tapi sebenarnya andai kita membuka mulut untuk berkata, "May i hep you?" tentu sahabat kita tadi lebih berbesar hati dan gembira. Ukhuwwah akan bertambah erat. Atau juga kita sering melihat sahabat kita ni, selalu outing sorang-sorang membeli barang keperluan. Tapi bila suatu hari kita offer "Nak saya temankan awak tak?" kerana kita sayangkan dia dan risaukan keselamatannya, tentu dia sangat-sangat menghargai.

Tambah seorang ukhti, Kak S yang jauh lebih makan garam dulu dari kami, justeru tidak sempurnanya iman kita, rapuhnya ukhuwwah kita, maka ummat islam sekarang menjadi lemah. Tidak seperti kaum Muhajirin dan Ansar dahulu. Mereka suatu ketika dahulu, apabila mendengar saja hadith nabi, mereka betul-betul mengamalkannya sebab itu mereka kuat dan boleh membina daulah islam. Saya sangat setuju dengan kak S. Jika banyak lagi hadith atau sunnah nabi masih lagi kita tidak praktikkan dengan betul-betul, nampaknya kita hanya bermimpi di siang hari untuk melihat hukum islam ditegakkan di atas bumi yang serba mencabar hari ini. Kekuatan kita ummat islam adalah bergantung kepada sejauh mana kita berpegang teguh kepada ajaran Al-Quran dan sunnah.

Untuk lebih menambah kefahaman hadith arbain ke 13 ini, Kak S memberikan contoh dalam masalah poligami. Sejauh mana seorang wanita yang bergelar isteri memberi kebenaran kepada suaminya untuk menikahi sahabatnya yang mungkin sudah berusia tapi belum ada jodoh untuk bernikah. Siapa akhwat yang sanggup bermadu dengan akhwat yang lain? Sanggupkah kita lantaran kasihnya kita kepada akhwat di luar sana yang masih ramai belum disunting oleh ikhwah? Ramai wanita yang tidak sanggup bukan? Kerana perasaan kita yang tamak kepada kasih sayang suami lalu tidak rela berkongsi kasih dengan sahabat sendiri. Saya tidak mahu mengulas panjang pasal poligami ini kerana bimbang andai saya ini seperti yang dinukilkan dalam surah As-soff:2-3. Cuma saya mahu mengajak kita berfikir dan menghayati hadith yang ke 13. Andai jiwa kita benar-benar bersih, tidak mustahil kita mampu lakukan...tepuk dada tanyalah iman masing-masing. Diri saya sendiri masih perlu melalui proses 'tazkiyatun nafs' yang sangat2...

Wahai orang-orang yang beriman! Mengapa kamu memperkatakan apa yang kamu tidak melakukannya! Amat besar kebenciannya di sisi Allah kamu memperkatakan sesuatu yang kamu tidak melakukannya.As-soff:2-3

Wednesday, November 03, 2010

Kita hamba-Nya walau di mana...

۞ ﺒﺴﻢ ﺍﷲ ﺍﻠﺮﺤﻤٰﻦ ﺍﻠﺮﺤﯿﻢ ۞

Tidak kira walau di mana kita berada, biar dalam keadaan sukar macam mana sekalipun, LAKUKAN SOLAT...tunaikan kewajipan sebagai seorang hamba.






Keterangan Gambar: Penyokong The Red Warriors solat berjemaah di Stadium Bukit Jalil semasa perlawanan akhir Piala Malaysia 2010. Semoga menjadi contoh kepada generasi muda.

kredit to: http://comeybelako.blogspot.com