Saturday, March 26, 2011

Solusi cara sunnah


۞ ﺒﺴﻢ ﺍﷲ ﺍﻠﺮﺤﻤٰﻦ ﺍﻠﺮﺤﯿﻢ ۞

Anak Nakal, Bagaimana Mengatasinya? (3/3): Beberapa Contoh Cara Mendidik Anak yang Nakal

Beberapa contoh cara mendidik anak yang nakal

Syariat Islam yang agung mengajarkan kepada umatnya beberapa cara pendidikan bagi anak yang bisa ditempuh untuk meluruskan penyimpangan akhlaknya. Di antara cara-cara tersebut adalah:

Pertama, teguran dan nasihat yang baik

Ini termasuk metode pendidikan yang sangat baik dan bermanfaat untuk meluruskan kesalahan anak. Metode ini sering dipraktikkan langsung oleh pendidik terbesar bagi umat ini, Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, misalnya ketika beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam melihat seorang anak kecil yang ketika sedang makan menjulurkan tangannya ke berbagai sisi nampan makanan, maka beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Wahai anak kecil, sebutlah nama Allah (sebelum makan), dan makanlah dengan tangan kananmu, serta makanlah (makanan) yang ada di hadapanmu.“[1]

Serta dalam hadits yang terkenal, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepada anak paman beliau, Abdullah bin ‘Abbas radhiallahu ‘anhuma, “Wahai anak kecil, sesungguhnya aku ingin mengajarkan beberapa kalimat (nasihat) kepadamu: jagalah (batasan-batasan/ syariat) Allah maka Dia akan menjagamu, jagalah (batasan-batasan/ syariat) Allah maka kamu akan mendapati-Nya dihadapanmu.”[2]

Kedua, menggantung tongkat atau alat pemukul lainnya di dinding rumah

Ini bertujuan untuk mendidik anak-anak agar mereka takut melakukan hal-hal yang tercela.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menganjurkan ini dalam sabda beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Gantungkanlah cambuk (alat pemukul) di tempat yang terlihat oleh penghuni rumah, karena itu merupakan pendidikan bagi mereka.”[3]

Bukanlah maksud hadits ini agar orangtua sering memukul anggota keluarganya, tapi maksudnya adalah sekadar membuat anggota keluarga takut terhadap ancaman tersebut, sehingga mereka meninggalkan perbuatan buruk dan tercela.[4]

Imam Ibnul Anbari berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak memaksudkan dengan perintah untuk menggantungkan cambuk (alat pemukul) untuk memukul, karena beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak memerintahkan hal itu kepada seorang pun. Akan tetapi, yang beliau maksud adalah agar hal itu menjadi pendidikan bagi mereka.”[5]

Masih banyak cara pendidikan bagi anak yang dicontohkan dalam sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Syaikh Muhammad bin Jamil Zainu[6] menyebutkan beberapa di antaranya, seperti: menampakkan muka masam untuk menunjukkan ketidaksukaan, mencela atau menegur dengan suara keras, berpaling atau tidak menegur dalam jangka waktu tertentu, memberi hukuman ringan yang tidak melanggar syariat, dan lain-lain.

Bolehkah memukul anak yang nakal untuk mendidiknya?

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Perintahkanlah kepada anak-anakmu untuk (melaksanakan) shalat (lima waktu) sewaktu mereka berumur tujuh tahun, pukullah mereka karena (meninggalkan) shalat (lima waktu) jika mereka (telah) berumur sepuluh tahun, serta pisahkanlah tempat tidur mereka.“[7]

Hadits ini menunjukkan bolehnya memukul anak untuk mendidik mereka jika mereka melakukan perbuatan yang melanggar syariat, jika anak tersebut telah mencapai usia yang memungkinkannya bisa menerima pukulan dan mengambil pelajaran darinya –dan ini biasanya di usia sepuluh tahun. Dengan syarat, pukulan tersebut tidak terlalu keras dan tidak pada wajah.[8]

Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin ketika ditanya, “Bolehkah menghukum anak yang melakukan kesalahan dengan memukulnya atau meletakkan sesuatu yang pahit atau pedis di mulutnya, seperti cabai/ lombok?”, beliau menjawab, “Adapun mendidik (menghukum) anak dengan memukulnya, maka ini diperbolehkan (dalam agama Islam) jika anak tersebut telah mencapai usia yang memungkinkannya untuk mengambil pelajaran dari pukulan tersebut, dan ini biasanya di usia sepuluh tahun.

Adapun memberikan sesuatu yang pedis (di mulutnya) maka ini tidak boleh, karena ini bisa jadi mempengaruhinya (mencelakakannya)…. Berbeda dengan pukulan yang dilakukan pada badan maka ini tidak mengapa (dilakukan) jika anak tersebut bisa mengambil pelajaran darinya, dan (tentu saja) pukulan tersebut tidak terlalu keras.

Untuk anak yang berusia kurang dari sepuluh tahun, hendaknya dilihat (kondisinya), karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam hanya membolehkan untuk memukul anak (berusia) sepuluh tahun karena meninggalkan shalat. Maka, yang berumur kurang dari sepuluh tahun hendaknya dilihat (kondisinya). Terkadang, seorang anak kecil yang belum mencapai usia sepuluh tahun memiliki pemahaman (yang baik), kecerdasan dan tubuh yang besar (kuat) sehingga bisa menerima pukulan, celaan, dan pelajaran darinya (maka anak seperti ini boleh dipukul), dan terkadang ada anak kecil yang tidak seperti itu (maka anak seperti ini tidak boleh dipukul).”[9]

Cara-cara menghukum anak yang tidak dibenarkan dalam Islam[10]

Di antara cara tersebut adalah:

1. Memukul wajah

Ini dilarang oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam sabda beliau, yang artinya, “Jika salah seorang dari kalian memukul, maka hendaknya dia menjauhi (memukul) wajah.”[11]

2. Memukul yang terlalu keras sehingga berbekas

Ini juga dilarang oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadits yang shahih.[12]

3. Memukul dalam keadaan sangat marah

Ini juga dilarang karena dikhawatirkan lepas kontrol sehingga memukul secara berlebihan.

Dari Abu Mas’ud al-Badri, dia berkata, “(Suatu hari) aku memukul budakku (yang masih kecil) dengan cemeti, maka aku mendengar suara (teguran) dari belakangku, ‘Ketahuilah, wahai Abu Mas’ud!’ Akan tetapi, aku tidak mengenali suara tersebut karena kemarahan (yang sangat). Ketika pemilik suara itu mendekat dariku, maka ternyata dia adalah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan beliau yang berkata, ‘Ketahuilah, wahai Abu Mas’ud! Ketahuilah, wahai Abu Mas’ud!’ Maka aku pun melempar cemeti dari tanganku, kemudian beliau bersabda, ‘Ketahuilah, wahai Abu Mas’ud! Sesungguhnya Allah lebih mampu untuk (menyiksa) kamu daripada kamu terhadap budak ini,’ maka aku pun berkata, ‘Aku tidak akan memukul budak selamanya setelah (hari) ini.‘”[13]

4. Bersikap terlalu keras dan kasar

Sikap ini jelas bertentangan dengan sifat lemah lembut yang merupakan sebab datangnya kebaikan, sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Barangsiapa yang terhalang dari (sifat) lemah lembut, maka (sungguh) dia akan terhalang dari (mendapat) kebaikan.”[14]

5. Menampakkan kemarahan yang sangat

Ini juga dilarang karena bertentangan dengan petunjuk Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Bukanlah orang yang kuat itu (diukur) dengan (kekuatan) bergulat (berkelahi), tetapi orang yang kuat adalah yang mampu menahan dirinya ketika marah.“[15]

Penutup

Demikianlah bimbingan yang mulia dalam syariat Islam tentang cara mengatasi penyimpangan akhlak pada anak, dan tentu saja taufik untuk mencapai keberhasilan dalam amalan mulia ini ada di tangan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Oleh karena itu, banyak berdoa dan memohon kepada-Nya merupakan faktor penentu yang paling utama dalam hal ini.

Akhirnya, kami akhiri tulisan ini dengan memohon kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan nama-nama-Nya yang maha indah dan sifat-sifat-Nya yang maha sempurna, agar dia senantiasa menganugerahkan kepada kita taufik-Nya untuk memahami dan mengamalkan petunjuk-Nya dalam mendidik dan membina keluarga kita, untuk kebaikan hidup kita semua di dunia dan akhirat. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengabulkan doa.

وصلى الله وسلم وبارك على نبينا محمد وآله وصحبه أجمعين، وآخر دعوانا أن الحمد لله رب العالمين

Kota Kendari, 9 Dzulhijjah 1431 H,

Penulis: Ustadz Abdullah bin Taslim, M.A

source: Artikel www.manisnyaiman.com

Tuesday, March 08, 2011

Sabar menghadapi ujian

۞ ﺒﺴﻢ ﺍﷲ ﺍﻠﺮﺤﻤٰﻦ ﺍﻠﺮﺤﯿﻢ ۞

Kita sentiasa diuji..kuatkan kesabaran insyaAllah ada jalan keluar..doa amalan sewaktu ditimpa ujian..surah al-Baqarah ayat 250:



Terjemahan:

Dan apabila mereka (yang beriman itu) keluar menentang Jalut dan tenteranya, mereka berdo`a dengan berkata: "Wahai Tuhan kami! Limpahkanlah sabar kepada kami, dan teguhkanlah tapak pendirian kami, serta menangkanlah kami terhadap kaum yang kafir".


Wednesday, March 02, 2011

"Era Gadaffi sudah berakhir" - Al-Qarni


۞ ﺒﺴﻢ ﺍﷲ ﺍﻠﺮﺤﻤٰﻦ ﺍﻠﺮﺤﯿﻢ ۞

Rezim diktator sering menggunakan fatwa para ulama sebagai tameng untuk berlindung dari tuntutan terhadap kezalimannya, khususnya dalam kondisi terdesak. Meskipun kelakuan mereka sehari-harinya dikenal kurang dekat dengan agama, bahkan tidak jarang mereka justeru memusuhi para ulama dan dai.

Syekh Aidh Al-Qarni, salah seorang da'i Arab Saudi dan pengarang kitab best seller 'Laa Tahzan' sebagaimana diberitakan oleh harian elektronik Sabq mengatakan bahwa dirinya beberapa waktu lalu menerima telepon dari salah seorang putera Qadafi; Saidi Qadafi yang memintanya untuk mengecam demonstrasi yang hari-hari ini sedang marak di Libiya menuntut rezim sang bapak lengser.

Syekh Al-Qarni menuturkan bahwa Saidi berkata kepadanya dalam pembicaraan telepon, "Ya Syekh, anda sudah berkunjung ke Libiya pada tahun lalu, kami menginginkan pandangan anda tentang kejadian ini."

Beliau menambahkan, "Saya tangkap dari pembicaraannya bahwa tampaknya dia menginginkan saya ikut mengecam demonstrasi dan aksi massa sebagaimana sikap bapaknya. Maka dengan tegas saya katakan kepada Saidi, 'Bertakwalah kalian kepada Allah atas tumpahnya darah warga Libiya. Jauhkan senjata kalian dari warga Libiya yang muslim. Kalian telah membunuh orang-orang yang berhak mendapatkan keamanan. Tinggalkan kezaliman terhadap rakyat Libiya."

Al-Qarni mengatakan kepada Sabq, "Saidi Qadafi menelpon pada hari Sabtu lalu. Dia mengulang-ulang perkataan bapaknya bahwa mereka (para demonstran) adalah pengkhianat dan antek asing!" Maka saya katakan kepadanya, "Sebelum kalian, perkataan serupa juga sudah dikatakan oleh Ben Ali di Tunisia dan Mubarak di Mesir, akan tetapi itu semua tidak bermanfaat bagi mereka. Maka saya katakan kepadanya, 'Ucapan tersebut tidak akan digubris seorang pun wahai Saidi. Kalian harus keluar dari berbagai tuduhan. Kalian telah membunuh warga kalian di depan mata dunia sekarang ini."

Beliau juga menambahkan, "Ketika berkunjung ke Libiya Ramadan tahun lalu, saya melihat pemandangan yang kontras. Dulunya saya kira Libiya, negara yang berenang di lautan minyak dan gas, adalah negara maju, infrastrukturnya moderen dan rakyatnya kaya raya. Akan tetapi yang saya dapatkan adalah pemandangan ironis; kefakiran, infrastruktur yang minim dan masyarakat sangat kekurangan."

Mengenai jawaban Saidi terhadap pernyataannya, Syekh Al-Qarni berkata, "Dia hanya berkata, syukran… syukran ya syaikh, seakan pembicaraan saya seperti itu tidak memuaskan baginya.

Syekh Al-Qarni menguatkan bahwa kebiasaan para penguasa tiran adalah menuduh rakyat yang mengkritisinya atau menuntut hak-hak mereka sebagai tindakan penyusupan, dan bahwa mereka adalah antek serta pengkhianat. Tuduhan-tuduhan seperti itu kita tidak akan ada lagi yang menggubrisnya, rakyat sudah tidak percaya siapapun.

Al-Qarni juga memberi kabar gembira kepada kaum muslimin bahwa era Qadafi sudah berakhir. "Saya memperkirakan dari suara anaknya dan dari apa yang saya lihat sekarang atau yang saya dengar dari media masa bahwa Qadafi sedang menghadapi saat-saat terakhir. Dia akan melakukan tindakan bunuh diri atau gantung diri, atas izin Allah, di hadapan dunia dan rakyatnya."

Berita gembira ini saya sampaikan kepada semua dan saya meminta saudara-saudara saya melalui harian Sabq agar mereka mendoakan kehancuran diktator ini dan rezimnya, agar mendatangkan ketenangan bagi Islam dan kaum muslimin dan agar masyarakat Libiya yang dikenal sebagai pejuang tangguh, cucu Umar Mukhtar, mendapatkan ketenangannya kembali. Saya selalu mendoakannya kehancurannya dalam shalat-shalat saya, semoga Allah membinasakannya dan membebaskan kaum muslimin darinya." [islamedia]

sumber:http://al-ahkam.net/home/index.php?option=com_content&view=article&id=6315&catid=48

Demonstrasi aman boleh-Dr.MAZA

۞ ﺒﺴﻢ ﺍﷲ ﺍﻠﺮﺤﻤٰﻦ ﺍﻠﺮﺤﯿﻢ ۞

REJIM YANG ZALIM MESTI DITUKAR!
Prof Madya Dr Mohd Asri Zainul Abidin

source: http://drmaza.com/home/?p=1356

Dunia Arab bergolak. Dari Tunisia ke Mesir dan biarlah ia menjalar ke seluruh pelusuk daerah yang dikuasai oleh rejim yang zalim; yang menghina agama, menghisap darah rakyat, memundurkan negara, memerintah untuk kepentingan kroni dan keluarga, mengaut kekayaan peribadi sedangkan rakyat dalam kemiskinan. Memang sepatutnya telah lama ia bergolak. Persis seperti kata ‘Ali bin Abi Talib r.a:

“Sesungguhnya binasanya manusia terdahulu kerana mereka menghalang kebenaran sehingga ianya dibeli. Mereka membentangkan kezaliman sehingga ianya ditebus”. (Ibn Muflih, Al-Adab al-Syar‘iyyah, 1/201, Beirut: Muassasah al-Risalah).


Rakus

Dunia Islam adalah dunia yang kaya. Kedudukan negara-negara umat Islam amat strategik. Malangnya, ramai para penguasa yang zalim dan korupsi menguasai politik. Lihatlah Tunisia, walaupun majoriti penduduknya muslim tetapi pemimpinnya di samping zalim dan khianat, mempersendakan agama; memperlekehkan puasa Ramadan, mengharamkan tudung kepala (hijab) ke atas wanita dan pelbagai lagi.

Isteri Ben Ali bekas Presiden Tunisia yang diusir oleh rakyatnya bernama Leila al-Tarabulusi yang dulu ‘First Lady Tunisia’, dilaporkan oleh media Perancis membawa lari emas Tunisia ke Dubai seberat 1.5 tan. Semasa berkuasa, beliau atas nama suami bermewahan dengan harta negara. Padah perbuatan suami, ditambah dengan sikap ‘berlebihan’ isteri dan keluarga.

Lihatlah Mesir, jika pemimpinnya amanah betapa besar kekayaan yang dapat dikaut dari hasil Suez Canal atau Terusan Suez yang menghubungkan antara Laut Mediterranean dengan Laut Merah. Tax dari terusan tersebut jika diuruskan dengan betul menjadi sumber yang amat besar untuk negara itu. Bahkan dikatakan mampu membiayai setiap warga Mesir.

Mesir ada gas. Mubarak salurkannya kepada negara haram Israel. Israel membeli gas Mesir lebih murah dari rakyat Mesir sendiri. Sungai Nil yang subur tidak diusahakan secara bersungguh oleh Kerajaan Mesir, bahkan mereka masih mengimport makanan dari luar. Rakyat Mesir ramai yang hidup dalam kemiskinan. Dilaporkan lebih 42 peratus dari 81 juta lebih rakyat Mesir berada di bawah paras kemiskinan. Jutaan rakyat hidup tanpa rumah dan makan. Peranan Mubarak hanyalah menjaga kepentingan diri, kroni, Israel dan Amerika!

Itu di Mesir, di sana masih ada lagi Syria, Yaman, Morocco dan lain-lain yang hampir sama keadaannya. Malang sekali, di bawah rejim-rejim yang berkuasa itu media dibisukan, fakta dibohongi dan rakyat diperbodohkan. Nyawa dan darah rakyat begitu murah. Mereka menyeksa dan membunuh pengkritik. Gambar rejim-rejim ini diangkat dan disanjung secara upah ataupun paksa. Rakyat hidup menderita dan kelaparan. Kekayaan dibahagi secara songsang. Harta setiap pemimpin dan keluarga mereka mencecah ratusan billion dolar, sedangkan pendapatan rakyat tidak sampai satu dolar pun sehari. Bahkan ada pendapatan yang tidak sampai seratus ringgit Malaysia sebulan.

Bohong

Para pemimpin yang selekeh dan tidak amanah menguasai kebanyakan Dunia Islam dan Arab. Mereka diagungkan oleh golongan yang berkepentingan dan disokong oleh segelintir rakyat yang diperbodohkan. Barat yang kononnya inginkan demokrasi disebarkan, namun mereka hipokrit dalam masalah Dunia Islam. Mereka membiarkan pemerintah kuku besi terus di tampuk kuasa selagi kepentingan mereka dijaga. Jiwa kapitalis Barat melebihi kehendak demokrasi mereka. Jadi, Dunia Islam bak kata Nabi s.a.w:

“Akan datang kepada manusia tahun-tahun yang penuh tipu daya. Ketika itu didustakan orang yang benar, dianggap benar orang yang dusta, dianggap khianat orang yang amanah, dianggap amanah orang yang khianat, dan bercakap ketika itu al-Ruwaibidoh. Para sahabat bertanya: “Siapakah al-Ruwaibidoh?” Sabda Nabi s.a.w.: Orang lekeh yang berbicara mengenai urusan awam (orang ramai).” (Diriwayatkan oleh al-Imam Ahmad, al-Hakim dll. Al-Hakim menyatakan isnadnya sahih dan ini disetujui oleh Al-Zahabi).


Salah Sasaran

Malang sekali, ulama-ulama ‘pro rejim’ seperti Mufti Mesir yang hari ini sibuk menasihati rakyat agar jangan berdemonstrasi dan mengalu-alukan langkah Hosni Mubarak untuk proses pembaharuan, tidak pula selama ini membantah kerakusan kuasa yang berlaku. Pada hari pemerintah mengaut dan menghisap darah rakyat, mereka sibuk membahaskan isu-isu ketaatan rakyat kepada pemimpin dan tidak pula bertegas tentang kewajipan pemimpin menunaikan hak rakyat. Jika Hosni gagal membuat perubahan dalam masa 30 tahun memerintah, apakah mungkin dia boleh melakukannya dalam masa 7 bulan yang dijanjikan?! Jika mampu pun, bererti dia selama ini khianat kerana tidak melakukan pembaharuan itu dalam masa 30 tahun tiba-tiba hari ini dia menyatakan ia boleh dilakukan dalam masa 7 bulan!.

Hari ini golongan agamawan khususnya dari aliran ‘salafi’ sibuk membahaskan tentang demokrasi dan demonstrasi bukan dari ajaran Islam. Bagi saya itu adalah persoalan persepsi bagaimana kita memahami demokrasi dan dalam konteks apa demokrasi itu dilihat. Kita patut bertanya mereka apakah pemerintahan otokrasi atau kukuh besi itu dari ajaran Islam? Apakah membiarkan pemerintah menghisap darah rakyat tanpa membantah itu dibenarkan oleh Islam?

Persoalan falsafah dan konteks demokrasi dan demonstrasi memang patut dibincang dan dihalusi di sudut fekahnya. Namun adalah tidak adil apabila rakyat bercakap soal demokrasi dan demonstrasi lalu fatwa haram atau bid’ah dikeluarkan, sedangkan ketika pemerintah mengamalkan kuku besi, kezaliman, rasuah dan merompak hasil negara, golongan agama ini muncul dalam media untuk hanya mengingatkan rakyat tentang syurga dan neraka, tetapi tidak pula membaca nas-nas agama yang mengingati pemerintah bahawa kezaliman mereka adalah dosa yang amat besar dan neraka yang bakal menanti. Apakah agama hanya candu untuk rakyat bawahan supaya dapat melupakan kerakusan orang atasan?! Nabi s.a.w bersabda:

“Sesungguhnya selepasku ini akan adanya para pemimpin yang melakukan kezaliman dan pembohongan. Sesiapa masuk kepada mereka lalu membenarkan pembohongan mereka dan menolong kezaliman mereka maka dia bukan dariku dan aku bukan darinya dan dia tidak akan mendatangi telaga (di syurga). Sesiapa yang tidak membenar pembohongan mereka dan tidak menolongan kezaliman mereka, maka dia dari kalanganku dan aku dari kalangannya dan dia akan mendatangi telaga (di syurga)” (Riwayat Ahmad, al-Nasai dan Ibn Abi ‘Asim. Dinilai oleh al-Albani. (lihat: Ibn Abi ‘Asim, al-Sunnah, tahqiq: Al-Albani, hlm 337-339).


Mengapakah golongan pro-rejim tidak mengingatkan pemimpin mereka tentang hadis Nabi s.a.w: “Allah tidak lantik seseorang hamba itu menguasai sesuatu rakyat kemudian hamba itu mati dalam keadaan dia menipu rakyatnya, melainkan Allah haramkan untuknya syurga” (Riwayat Muslim).

Demonstrasi Aman

Ya, tiada siapa yang bersetuju dengan demonstrasi ganas. Rakyat diharapkan keluar ke jalan dengan aman sebagai tanda bantahan atas kezaliman rejim-rejim mereka. Ia salah satu dari menzahirkan bantahan terhadap kemungkaran. Dalam hadis seorang lelaki datang mengadu kepada kepada Rasulullah s.a.w, katanya:

“Sesungguhnya jiranku menyakitiku”. Sabda Nabi s.a.w: “Keluarkan baranganmu dan letakkannya di jalan”. Maka lelaki itu mengambil barangannya dan letak di jalan. Lalu, setiap orang yang melintas bertanya: “apa yang berlaku kepadamu?”. Dia menjawab: “Jiranku menyakitiku”. Maka mereka berkata: “Ya Allah laknatilah dia, Ya Allah hinalah dia”. Dengan sebab itu, jirannya berkata: “Kembalilah ke rumahmu, aku tidak akan sakitimu lagi”. (Riwayat al-Bazzar dan al-Hakim dalam al-Mustadrak. Ahmad Syakir menilainya sebagai sahih).


Demikian, Nabi mengajar bahawa kadang-kala cara menyelesaikan kezaliman dengan mendapat sokongan ramai di jalan. Bantahan orang ramai boleh menakutkan orang yang zalim. Jika sekadar kezaliman jiran kita boleh bertindak sedemikian, apatahlagi kezaliman rejim yang jauh lebih besar dan sukar disingkirkan. Pasti sokongan yang lebih besar dan bantahan di jalan yang lebih hebat diperlukan. Apa yang penting, penunjuk perasaan tidak boleh menumpahkan darah sesama umat Islam dan rakyat, juga tidak merosakkan harta awam dan mereka yang tidak bersalah.

Dunia Arab dan Islam mesti berubah. Eropah telah lama menyingkirkan pemimpin mereka yang korupsi dan kuku besi. Kadang-kala hak binatang yang dinikmati oleh Barat lebih baik dari hak manusia yang hidup di bawah rejim-rejim yang berkuasa di Dunia Arab dan Islam. Jatuh! Jatuh! Jatuhlah segala rejim!.